Oleh: Gita Gempita* (Mahasiswa Program Sarjana Sastra Jerman)
Adik-adikku yang pintar, cinta itu macam-macam dan artinya sangat luas. Ada cinta sesama manusia, cinta kepada hewan, cinta kepada lingkungan, cinta Tanah Air, cinta kedamaian, dan lain-lain. Cinta sesama manusia pun macam-macam bentuknya, ada cinta antara laki-laki dan perempuan, cinta anak kepada orang tua, cinta kepada teman dan sahabat, dan lain-lain.
Semuanya sama-sama cinta, tapi setelah dipikir-pikir, ternyata cinta yang satu beda dengan cinta yang lain. Coba deh bayangkan, cara kalian mencintai orang tua pasti beda dengan mencintai hewan. Begitu juga cinta kepada lingkungan pasti beda dengan cinta kepada Tanah Air. Ya ‘kan?
Cinta itu bukan sesuatu yang berbentuk fisik seperti sebuah benda. Tapi, cinta bisa dilihat dan dirasakan. Cinta bisa dilihat dari cara seseorang menunjukkan atau mengekspresikan rasa cintanya terhadap seseorang atau sesuatu. Kalian pernah lihat iklan di TV bagaimana seorang ibu merawat dan menimang bayinya dengan wajah yang senang dan bahagia? Atau kalian tahu perjuangan para pahlawan agar Indonesia merdeka? Walau berbeda situasinya, dua-duanya sama-sama merupakan cara menunjukkan rasa cinta terhadap sesuatu. Yang satu cinta seorang ibu kepada anaknya, yang kedua cinta Tanah Air.
Benar, cinta bisa dirasakan. Perasaan cinta itu muncul dari dalam diri kita. Menurut pengalaman kakak, rasa cinta itu senang, damai, dan sukarela. Tapi, selain bisa membawa pengaruh positif, cinta juga bisa membawa pengaruh negatif lho. Pengaruh positifnya adalah rasa peduli yang ikut muncul, rasa tanggung jawab, keinginan untuk menjaga dan melindungi sesuatu yang kita cintai. Pengaruh negatifnya? Ada, misalnya cinta terhadap sesuatu secara berlebihan bisa membuat kita lupa diri dan bikin kita cuek akan hal-hal lain yang mungkin jauh lebih penting.
Mengapa sih ada cinta? Coba bayangkan jika saat adik-adik dilahirkan, adik-adik tidak dirawat tetapi malah dibuang oleh orang tua kalian. Bayangkan juga hutan-hutan dan alam liar habis oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Bayangkan jika tidak ada orang yang mau memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Bagaimana kondisi dunia? Pasti kacau sekali.
Cinta ada untuk mengasihi, menolong yang lemah, dan memperjuangkan sampai titik darah penghabisan. Cinta memang tidak bisa menghilangkan kekejaman, kejahatan, ataupun keburukan yang lain dari dunia ini. Tapi, dengan adanya cinta, muncul juga keinginan untuk semakin memperbaiki keadaan.
Ingat ya adik-adik, memahami cinta tidak seperti memahami pelajaran di sekolah. Semakin besar kalian, semakin banyak pengalaman yang kalian alami, dan kalian pun pasti akan punya pendapat sendiri tentang cinta. Selamat menebar cinta!
Sumber gambar: http://nahballz.blogspot.com
*Gita Gempita lahir di Bekasi pada tahun 1992. Saat ini ia tercatat sebagai mahasiswa Program Sarjana Sastra Jerman, Universitas Padjadjaran, Bandung.