Oleh : Djoko T. Iskandar* (Biolog)
Adik-adik tahu lagu “Cicak-cicak di dinding”, ’kan? Kok cicak dan tokek ngga jatuh-jatuh ya, padahal ‘kan tokek ngga pakai lem di tangannya? Nah, bagaimana tokek bisa menempel di dinding, berikut ini penjelasannya.
Kalau adik-adik pernah lihat badan atau kaki tokek, di bagian bawah kaki tokek terdapat jari-jari yang kalau dipegang sedikit lengket. Jari-jari inilah yang jadi alat tokek untuk menempel di semua benda, termasuk benda-benda yang licin seperti kaca, keramik dan lain-lain.
Jika dilihat dan diraba lebih teliti, akan terasa permukaan jari-jari tokek seperti ada lipatan-lipatan kulit. Pada lipatan kulit ini, terdapat bulu-bulu halus yang berfungsi untuk menempel pada permukaan dinding. Bulu-bulu halus ini sangat sangat kecil sehingga tidak terlihat oleh mikroskop cahaya. Bulu-bulu ini hanya bisa terlihat oleh mikroskop elektron, seperti di bawah ini.
Sekarang adik-adik perhatikan permukaan kaca yang terlihat licin seperti pada gambar di bawah ini.
Nah, ternyata, kalau kita melihatnya di bawah mikroskop elektron, permukaan kaca yang kita pikir licin itu sebetulnya tidak rata lho. Seperti ini permukaannya:
Di permukaan kaca yang tidak rata itu terdapat lekukan dan cekungan. Bulu-bulu halus tokek akan masuk ke dalam cekungan itu dan menahan jari-jari tokek untuk tetap menempel di permukaan kaca.
Kalau tokek bisa menempel di permukaan kaca yang licin, apalagi di dinding yang lebih kasar. Tentu lebih banyak cekungan atau lekukan, sehingga tokek bisa lebih menempel di dinding daripada di kaca.
Jelas ‘kan jawabannya? Yuk sama-sama bernyanyi “Tokek-tokek di dinding”. (/IHY)
Sumber gambar:
3. http://images.anandtech.com
*DjokoT. Iskandar mengajar di Sekolah Ilmu & Teknologi Hayati (d/h Departemen Biologi) ITB sejak tahun 1978. Ia memperoleh gelar doktor dalam bidang zoologi dari Universite des Sciences et Techniques du Languedoc, Perancis, pada tahun 1984. Atas prestasinya, ia meraih Anugerah Habibie pada tahun 2005.