Oleh: Dhitta Puti Sarasvati (Pengajar & Pengurus Ikatan Guru Indonesia)
Ketika kakak mendengar pertanyaan ini, kakak terpikir pertanyaan baru. Sekolah apa yang dimaksud?
Ada banyak sekali jenis sekolah. Sekolah yang biasa kita kenal diantaranya sekolah formal seperti TK, SD, SMP, SMA, dan sekolah kejuruan. Ada sekolah negeri, sekolah swasta, sekolah umum, dan sekolah berdasar agama (pesantren, seminari). Ada juga sekolah musik, sekolah tari, dan sebagainya.
Setiap sekolah didirikan dengan alasan yang berbeda-beda. Tapi pada umumnya semuanya adalah tempat mempelajari sesuatu. Apa yang dipelajari, tujuan belajar, siapa yang belajar, dan cara belajarnya bisa berbeda.
Waktu Indonesia masih dijajah Belanda, sudah ada banyak jenis sekolah seperti pesantren, sekolah Muhammadiyah, dan sekolah yang didirikan pemerintah Belanda. Juga ada sekolah buatan pribumi seperti Taman Siswa dan INS Kayutanam. Agar tidak terlalu panjang, kakak akan menceritakan tentang beberapa sekolah saja, yah?
Awalnya pemerintah Belanda hanya mendirikan sekolah untuk orang Belanda saja. Tapi kemudian Belanda mulai membutuhkan banyak pegawai murah untuk bekerja di pemerintahan, misalnya sebagai juru tulis.
Untuk bisa jadi pegawai, seseorang harus bisa membaca, menulis, dan berhitung. Mereka juga harus terampil bekerja dan teliti serta tidak banyak protes (agar mau dibayar murah). Pemerintah Belanda mendirikan sekolah untuk mendidik beberapa pribumi agar siap bekerja sebagai pegawai Belanda penurut yang mendukung penjajahan.
Berbeda dengan sekolah yang didirikan oleh pemerintah Belanda, Taman Siswa dan INS Kayutanam didirikan dengan tujuan yang jauh lebih baik.
Taman Siswa didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara di Yogyakarta pada tahun 1921. Taman Siswa mendididik siswa-siswinya untuk menjadi pemimpin cerdas yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Untuk itu, mereka belajar banyak hal seperti Matematika, Sejarah, dan IPA. Agar tahu bahwa bangsa Indonesia tidak kalah hebat dengan bangsa lain, mereka belajar budaya Indonesia dan seni seperti gamelan dan tari-tarian.
Mereka belajar berbagai bahasa (Indonesia, Jawa, Belanda, dan Inggris) agar bisa membaca berbagai buku dan bergaul dengan orang dari berbagai bangsa. Agar menjadi kritis, mereka belajar berdebat dan berorganisasi. Dengan belajar itu semua, mereka diharapkan bisa menjadi pemimpin.
Beda sekolah, beda juga alasan mendirikannya. Sekolah INS Kayutanam, didirikan M. Sjafei pada tahun 1926, bertujuan mendidik orang Indonesia agar tidak senang diam. Daripada diam lebih baik banyak bergerak dan berkarya. Ya, ‘kan?
Siswa INS Kayutanam banyak belajar melukis, menulis, bermain musik, membuat berbagai kerajinan tangan, dan bekerja di ladang. Tangannya harus terus bergerak menghasilkan karya. Orang yang bisa berkarya bisa membuat pekerjaan sendiri, dan tidak harus bekerja pada orang lain. INS Kayutanam memang didirikan agar siswanya tidak mau menjadi pegawai.
Setelah kemerdekaan bagaimana? Sama. Ada banyak sekali sekolah. Masing-masing didirikan dengan alasan yang berbeda-beda. Sekolah pertanian, misalnya, bertujuan untuk mendidik siswanya agar mampu mengolah tanah dengan lebih baik agar produksi sayur dan buah-buahan bisa meningkat.
SD didirikan agar bisa mendidik lulusannya agar bisa dan gemar membaca, bisa berhitung, serta punya sifat yang baik.
Pada umumnya, sekolah didirikan untuk mendidik siswa seperti adik-adik, agar tumbuh menjadi manusia cerdas, bijaksana, mencintai tanah air, dan bermanfaat untuk sesama. Senangnya kalau Indonesia dipenuhi manusia seperti itu. Ya, ‘kan?
Sumber gambar: http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_Taman_Siswa
*Catatan dari Editor: Pertanyaan yang sama dijawab pula oleh Alpha Amirrachman.
the right man on the right place and the right man on the right job
Apakah kewajaran sekolah menekankan pencapaian pelajar?