Oleh: Arini Soesatyo Putri* (Matematikawan)
Wah, pertanyaan yang bagus sekali nih. Pasti Adik-adik sekarang sedang belajar materi persentase di sekolahnya ya? Nah, untuk menambah pengetahuan Adik-adik tentang persentase, Kakak mau cerita sedikit nih tentang sejarah pada zaman Romawi Kuno, beribu-ribu tahun lamanya sebelum Adik-adik lahir ke dunia.
Dulu, orang-orang pada zaman Romawi Kuno belum menemukan sistem bilangan desimal, sehingga mereka melakukan perhitungan untuk bilangan-bilangan tertentu dengan menggunakan pecahan kelipatan 1/100 agar lebih mudah dipahami. Pada masa-masa setelahnya, bahkan hingga saat ini, perhitungan menggunakan pecahan kelipatan 1/100 masih lazim digunakan khususnya dalam jual beli.
Nah, agar lebih mudah menyebutkan 1/100, maka lahirlah istilah per centum dari bahasa latin, dan per cento dari bahasa Italia yang artinya “untuk seratus”. Per cento kemudian dinotasikan dengan “per ċ” untuk menyatakan 1/100. Jadi pecahan 3/100 dituliskan sebagai “3 per ċ”, yang kemudian di masa modern ini dituliskan sebagai , seperti yang Adik-adik pelajari saat ini.
Istilah per cento juga diserap kembali ke dalam bahasa Indonesia menjadi persen, yang artinya “perseratus”. Jadi berdasarkan sejarahnya, penamaan persen ini khusus digunakan untuk menyatakan bilangan ke dalam bentuk pecahan dari seratus.
Kalau Adik-adik ingin menyatakan bilangan ke dalam bentuk pecahan dari 10 atau 1000 atau lainnya juga bisa kok, tapi mereka punya istilah tersendiri. Misalnya jika kita ingin menyatakan bilangan ke dalam bentuk pecahan kelipatan 1/10, maka istilahnya adalah persepuluh. Bilangan dalam bentuk pecahan kelipatan 1/1000 dinamakan permil dan dinotasikan dengan ‰. Contohnya 30‰ = 30/1000 (dibaca: tiga puluh permil).
Namun biasanya kita menggunakan pecahan persepuluh dan permil dalam hal lain, bukan dalam jual beli, besar potongan harga, atau dalam masalah perbandingan. Untuk ketiga hal ini, kita lebih sering menggunakan persen.
Kalau kita menggunakan pecahan persepuluh, maka hanya akan ada 10 kemungkinan pecahan nantinya, yaitu 1/10, 2/10, 3/10, dan seterusnya sampai 10/10, sehingga kita punya pecahan yang sangat terbatas untuk digunakan. Pecahan persepuluh lebih sering digunakan misalnya untuk menyatakan peringkat atau ranking, seperti ranking 2 dari 10 siswa dituliskan 2/10. Untuk pecahan kelipatan 1/1000 atau permil juga jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, karena kemungkinannya terlalu banyak.
Makanya orang-orang zaman dulu sampai sekarang lebih senang menggunakan perhitungan dengan pecahan kelipatan 1/100, karena dirasa lebih ideal. Tidak terlalu kecil, juga tidak terlalu besar.
Sumber pustaka: D.E. Smith (1951). History of Mathematics. New York: Dover Publications, Inc.
Sumber gambar: http://histclo.com/chron/ancient/rome/acr-kf.html
*Arini Soesatyo Putri tercatat sebagai dosen matematika di Jurusan Matematika, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Bandung. Bidang yang diminatinya adalah Analisis Fourier, Analisis Real, dan Kalkulus. Ia juga suka nge-blog di https://arinisputri.wordpress.com dan https://animath1994.wordpress.com.
terimakasih. Akhirnya saya mencintai matematika. Dulu sering ingin jadi pejabat struktural sekarang tidak lagi. Matematika lebih menarik.