Oleh: Erma Yulihastin* (Peneliti Sains Atmosfer)
Flores merupakan wilayah di bagian tenggara Indonesia yang terletak di selatan garis ekuator (khatulistiwa). Selain itu, posisi Flores juga relatif lebih dekat dengan Benua Australia, dibandingkan wilayah-wilayah di selatan Indonesia lainnya. Letak geografis ini mengakibatkan sifat musim (terutama musim kemarau) di Flores sangat dipengaruhi oleh Benua Australia.
Pada saat terjadi puncak musim kemarau (Juni-Juli-Agustus), di atas Flores berhembus angin timuran (dari timur) yang terjadi karena pusat tekanan tinggi yang berada di Australia. Ingat ya adik-adik, angin berhembus dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Mengapa Australia memiliki tekanan atmosfer (udara) yang tinggi? Karena Australia mengalami musim dingin pada bulan Juni-Juli-Agustus. Musim dingin, suhu udaranya rendah, sinar matahari minimum, sehingga tekanan udaranya menjadi tinggi.
Nah, angin timuran yang berasal dari Benua Australia yang sedang mengalami musim dingin ini juga terasa sangat dingin dan kering (kelembapan udara rendah). Angin timuran yang dingin dan kering inilah yang sampai ke Flores. Dan karena Flores relatif dekat letaknya dengan Australia, maka pada puncak musim kemarau (Juli-Agustus) Flores pun lebih dingin dibandingkan wilayah lain seperti Sumbawa, Lombok, dan lain-lain.
Sumber gambar: http://www.telegraph.co.uk
Erma Yulihastin lahir pada tahun 1979 di Lamongan, Jawa Timur. Ia menamatkan sekolah hingga SMU di Lamongan. Pada tahun 1997-2002 ia menempuh studi di Institut Teknologi Bandung, Jurusan Geofisika dan Meteorologi, dan semasa kuliah ia aktif menulis di Pikiran Rakyat. Sejak 2008 ia bekerja di LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) sebagai Peneliti Sains Atmosfer pada Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer, Bandung.