Oleh: Sezsy Yuniorrita* (Mahasiswa Program Doktor Bidang Aeronautika)
Hi Phia, pertanyaan kamu menarik sekali. Pesawat bisa terbang karena adanya gaya angkat. Apa itu gaya angkat? Gaya angkat adalah gaya yang bekerja berkebalikan dengan gaya berat.
Sebagai pengingat, gaya berat adalah gaya yang disebabkan adanya percepatan gravitasi Bumi yang arahnya menuju pusat Bumi. Itu sebabnya mengapa kalau Phia memegang batu dan melepasnya, batu akan jatuh ke tanah.
Nah, kebalikan dari gaya berat adalah gaya angkat, apabila gaya angkat sama besarnya dengan gaya berat, suatu benda dapat melayang.
Lalu, dari manakah gaya angkat ini berasal? Di pesawat udara, gaya angkat ini berasal dari sayap pesawat. Sayap pesawat di desain khusus agar ketika bergerak di udara, gaya angkat dapat tercipta.
Coba deh Phia perhatikan lebih dekat, potongan sayap pesawat itu bentuknya mengembung di depan lalu runcing di belakang. Bentuk seperti ini dikenal dengan nama airfoil.
Airfoil dirancang sedemikian rupa agar ketika dilewati udara, tekanan di bagian bawah airfoil lebih besar daripada tekanan di bagian atas airfoil. Akibatnya, terciptalah gaya angkat yang sebanding dengan kecepatan udara di sekeliling airfoil.
Lalu Phia bertanya-tanya, apa hubungannya dengan bahan bakar? Untuk pesawat penumpang, bahan bakar diperlukan untuk menciptakan gaya dorong. Sama seperti bahan bakar pada mobil. Seiring dengan bertambahnya kecepatan, gaya angkat dari airfoil semakin bertambah juga. Ketika gaya angkat lebih besar dari gaya beratnya pesawat, akhirnya pesawat bisa lepas landas.
Sebagai informasi, tidak semua pesawat udara itu perlu bahan bakar loh. Ada pesawat udara yang disebut glider. Glider merupakan pesawat kecil dengan sayap yang panjang. Untuk bisa menerbangkan glider, pesawat dan pilotnya dibawa ke ketinggian tertentu oleh pesawat lain, kemudian dilepas. Glider bisa menambah ketinggiannya dengan menggunakan energi thermal.
Untuk bahan bakar alternatif, beberapa penelitian mencoba menggunakan bio-fuel. Lebih daripada itu, banyak juga penelitian yang berusaha menggunakan baterai atau energi listrik, atau kombinasi (hibrid) listrik-bahan bakar minyak, dalam mendesain pesawat. Mungkin beberapa tahun ke depan Phia bisa menjadi salah satu insinyur yang mendesain pesawat ini.
*Sezsy Yuniorrita adalah lulusan Program S1 Teknik Penerbangan, Institut Teknologi Bandung, yang kemudian bekerja di PT Dirgantara Indonesia. Saat ini sedang menjalani studi S3-nya dalam bidang Aeronautika di Cranfield University.
Ooooo begitu ya oke
Lumayan bagus ceritanya