Oleh: Hendra Gunawan* (Matematikawan)
Dulu, pada abad ke-3 SM, orang Yunani Kuno menggunakan trigonometri untuk perhitungan astronomi, misalnya untuk menghitung jarak Bulan ke Bumi. Dalam bidang geografi, trigonometri juga dipakai untuk menghitung jari-jari Bumi dan jarak di antara dua tempat di Bumi.
Sebagai contoh aplikasi yang sederhana, Adik-adik dapat mengetahui lebar sungai tanpa harus menyeberangi sungai tersebut atau merentangkan tali dari satu sisi sungai ke sisi lainnya. Bagaimana caranya?
Caranya adalah dengan menentukan satu titik di seberang sungai yang menjadi acuan (sebutlah X), dan dua titik di sisi pengamat, salah satunya (sebutlah P) ‘tepat’ berseberangan dengan titik acuan tadi. Titik kedua (sebutlah Q) dapat dipilih sehingga membentuk sudut tertentu, misal sedemikian sehingga sudut PQX sama dengan 45º (lihat gambar).
Nah, dengan mengetahui bahwa nilai tangen 45º adalah 1, maka lebar sungai, yakni jarak PX, mestilah sama dengan jarak PQ.
Dengan cara yang sama, kita juga dapat mengukur tinggi sebuah tiang tanpa harus merebahkan tiang tersebut ataupun memanjatnya, tetapi cukup dengan mengukur panjang bayangannya pada siang hari dan mengukur sudut yang dibentuk oleh titik pangkal tiang, titik ujung bayangan tiang, dan titik ujung tiang tersebut. Lalu kita gunakan pengetahuan trigonometri kita, khususnya tentang nilai perbandingan trigonometri, entah itu sinus, cosinus, atau tangen.
Ilustrasi oleh: HG
*Hendra Gunawan adalah dosen matematika di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung, sejak 1988. Pada tahun 2013, ia menggagas blog anakbertanya.com dan sejak itu mengelola blog tersebut yang menerbitkan jawaban para pakar atas berbagai pertanyaan anak-anak
Berapa jarak dari luar bumi hingga titik terdalam bumi