Apa itu Hilal? Bagaimana Cara Melihatnya?

Oleh: Hanief Trihantoro* (Pengelola DuniaAstronomi.com)

Halo Zidni! Hilal adalah istilah dari Bahasa Arab yang berarti Bulan sabit. Lebih detilnya lagi adalah Bulan sabit yang pertama kali dapat dilihat setelah fase Bulan baru/mati. Dengan kata lain, hilal adalah Bulan sabit yang sangat tipis karena umurnya masih sangat muda. Hilal harus diamati setelah Matahari terbenam.

Barangkali Zidni sudah tahu bahwa Bulan adalah satu-satunya satelit Bumi, yaitu benda langit yang bergerak mengelilingi Bumi. Dalam peredarannya, Bulan memerlukan waktu 29,5 hari untuk sekali putaran. Karena posisinya berubah-ubah terhadap posisi Bumi dan Matahari, kita yang tinggal di Bumi akan melihat bentuk Bulan (yaitu bagian yang bersinarnya) berubah-ubah pula. Tentu Zidni ingat bahwa cahaya Bulan itu sebenarnya berasal dari pantulan cahaya Matahari. Bentuk-bentuk Bulan yang berbeda itu kita sebut dengan fase-fase Bulan. Beberapa fase Bulan yang cukup dikenal luas adalah Bulan mati, Bulan sabit, Bulan setengah, Bulan cembung, dan Bulan purnama.

Ketika Bulan berada di antara Bumi dan Matahari, Bulan disebut Bulan mati atau Bulan baru karena saat itu kita tidak bisa melihat bagian Bulan yang bersinar. Dari Bumi, Bulan dan Matahari akan tampak terbit dan terbenam dalam waktu bersamaan. Kemudian secara perlahan Bulan akan bergerak menjauhi Matahari lalu menjadi Bulan sabit yang terbenam setelah Matahari terbenam. Nah, Bulan sabit di awal-awal seperti inilah yang disebut hilal. Kita akan bisa melihat hilal ini di langit barat. (Pada gambar di bawah ini bulan sabit atau hilal terlihat di atas pohon palem saat Matahari terbenam di Manama, Bahrain, menandai awal bulan Ramadhan.)

Hilal_Ramadhan-1

Namun mencari dan melihat hilal tidaklah mudah karena sabitnya masih sangat tipis dan langit senja masih tampak terang. Akibatnya cahaya hilal akan kalah terang oleh cahaya langit. Selain itu kesempatan atau rentang waktu untuk melihat hilal juga sangat sempit karena tidak lama setelah Matahari terbenam, hilal pun akan ikut terbenam. Umur hilal tidak pernah lebih dari 25 jam dengan ketinggian kurang dari 12,5 derajat. Seringnya, hilal berumur kurang dari 12 jam dengan ketinggian di bawah 6 derajat. Dengan ketinggian sekecil itu, artinya hilal akan terbenam tidak lebih dari 24 menit setelah Matahari terbenam. Hanya sebentar saja, bukan?

Untuk mempermudah dalam melihatnya, kita bisa menggunakan alat bantu seperti teleskop dan kamera CCD yang sangat sensitif. Dengan pengaturan yang benar, maka kemungkinannya membesar untuk kita dapat melihat hilal yang sangat tipis dan rendah. Dalam melakukan pencarian hilal pun kita sudah sangat dipermudah oleh kecanggihan teknologi. Perhitungan posisi hilal, gerhana (Bulan ataupun Matahari), dan benda langit lainnya kini sudah bisa ditentukan untuk puluhan bahkan ratusan tahun ke depan. Selain itu, sekarang sudah ada banyak program komputer atau telepon pintar yang bisa menunjukkan kondisi langit kapanpun kita mau. Dengan begitu, menghitung dan menentukan posisi hilal di awal bulan depan pun tidak sulit. Bagaimana, apakah Zidni mau ikut mencoba mencari hilal? 🙂

Sumber gambar: https://upload.wikimedia.org

*Hanief Trihantoro adalah pengelola DuniaAstronomi.com. Ia mendapatkan gelar Sarjana dalam bidang Astronomi dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung. Sekarang ia bekerja di Puspa Iptek, Kota Baru Parahyangan, Padalarang – Bandung.

3 thoughts on “Apa itu Hilal? Bagaimana Cara Melihatnya?

  1. Pingback: Apa itu Hilal? Bagaimana Cara Melihatnya? « Dunia Astronomi

Tulis komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: