Apa itu Autisme? Mengapa Harus Ada Sekolah Khusus Autisme?

Oleh: Anna Alisjahbana* (Pendiri Yayasan Surya KantiPusat Pengembangan Potensi Anak)

Gejala autisme bisa bervariasi dari ringan sampai berat, karena itu sering disebut Gangguan Spektrum Autisme (ASD – Autism Spectrum Disorder).

Sekitar 50% orangtua dari anak dengan autisme menyadari adanya kelainan perilaku pada anak mereka sebelum usia 18 bulan, dan sekitar 80% sebelum usia 24 bulan. Bayi dengan autisme tampak sulit berinteraksi dengan orang (termasuk orang tuanya), yang ditunjukkan antara lain dengan:

  • Kontak mata tidak ada atau kurang.
  • Belum tersenyum pada usia 4 bulan.
  • Tidak merespon jika dipanggil namanya.
  • Belum mengoceh atau melakukan isyarat tubuh untuk tujuan tertentu (misalnya menunjuk, melambai, dsb) hingga usia 12 bulan.
  • Belum mengucapkan satu kata pun hingga usia 16 bulan.
  • Belum bicara spontan satu kalimat 2-kata, masih hanya membeo hingga usia 2 tahun.

Perilaku ini berbeda dengan bayi pada umumnya, yang sejak lahir memperlihatkan kontak mata dengan ibu/orangtuanya, menoleh ke arah suara, memegang jari kita bila disodorkan, dan tersenyum. Pada usia 1 tahun bayi biasanya sudah bisa menengok bila dipanggil namanya atau menunjuk pada benda yang diinginkan.

Saat beranjak besar, anak dengan autisme pada umumnya kelihatan senang menyendiri, kurang berinteraksi, menghindari kontak mata, tidak memperlihatkan emosi (tampak tidak mengerti) saat menghadapi peristiwa menyedihkan/menyenangkan, dan memberikan kesan anak yang tenang dan penurut. Meskipun demikian anak-anak ini biasanya menyukai rutinitas tertentu dan marah bila rutinitas tertentu itu diganggu. Misalnya, suka menyusun mainan atau benda-benda lain dalam satu garis.

_65307055_autistic_boy-spl-1

Anak autis biasanya juga lambat atau belum bicara saat semua anak seusianya sudah bisa bicara. Mereka yang sudah bicara seringkali kurang mampu menghubungkan kata-kata menjadi kalimat yang berarti. Tidak jarang mereka hanya mengulang-ulang suatu kalimat atau juga sekedar membeo yang mereka dengar. Selain sulit berbahasa, anak autis juga tidak mampu mengkomunikasikan keinginannya dengan ekspresi, gerakan, dan gerak-tubuh (gesture). Kesulitan mengekspresikan keinginan menjadi salah satu penyebab dari serangan tantrum (yakni marah/berontak tanpa maksud jelas) yang sering terlihat pada anak-anak ini.

Apakah Autisme bisa disembuhkan? Banyak pendapat menyatakan kelainan ini sulit atau tidak bisa disembuhkan. Yang bisa dilakukan adalah melatih anak sehinga bisa mandiri dan mampu berkomunikasi dengan lingkungannya.

Bagaimana dengan sekolah? Seperti telah dijelaskan sebelumnya, gejala autisme bisa berkisar dari ringan sampai berat. Hal ini biasanya ditentukan berdasarkan pengamatan pada usia dini dan diagnosa dokter, psikolog, atau guru.

Pada gejala autisme ringan, dengan persiapan yang baik anak bisa masuk ke sekolah biasa, seringkali juga disebut mengikuti pendidikan inklusi. Gejala sedang dan berat biasanya diikutkan pada pendidikan luar biasa/sekolah khusus autis, namun terus diamati apakah kelak bisa mengikuti pendidikan inklusi.

Di sekolah khusus autis, pendidikan lebih ditujukan pada pemenuhan kebutuhan tiap anak autis yang bisa berbeda satu sama lain. Karena itu pada pendidikan luar biasa autis, perbandingan antara guru dan murid kecil, berkisar 1 guru untuk 2-3 murid. Dari sini diharapkan kelak anak autis, dengan segala kelebihan dan kekurangannya dapat mandiri dan menikmati hidup yang berkualitas. (/EVE)

Sumber gambar: http://www.bbc.com

*Anna Alisjahbana adalah Guru Besar Emeritus dalam bidang Kedokteran Anak di Universitas Padjadjaran. Saat ini ia aktif sebagai presiden Yayasan Surya Kanti – Pusat Pengembangan Potensi Anak, yang didirikannya sejak tahun 1984 untuk menerapkan deteksi dini dan penanganan terhadap kelainan tumbuh kembang anak, khususnya balita.

Tulis komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: