Oleh: Muhammad Luthfi Ersa Fadillah* (Mahasiswa FIS UNJ)
Halo adik.. Selamat pagi! Pertanyaan yang kamu ajukan ini sangatlah baik dan Kakak pun merasa tertantang untuk menjawabnya. Sekolah itu pada dasarnya baik karena berfungsi untuk dua hal utama: perkembangan nalar berpikir dan sosialisasi diri. Wah, maksudnya apa ya? Mari kita bahas satu per satu yuk!
Kamu pasti sudah belajar IPA di sekolah ‘kan, bahwa tubuh manusia pasti mengalami tumbuh kembang yang pesat. Adik juga pasti tahu bahwa ada perbedaan tubuh yang terlihat jelas dari anak bayi menuju anak-anak, menuju remaja, dan kemudian menjadi dewasa. Nah, seiring tubuh berkembang, maka pikiran juga ikut berkembang.
Namun, tidak semua manusia dapat mengatasi perkembangan pikirannya sendiri, sehingga perlu bantuan orang lain. Manusia juga pasti memiliki masalah ‘kan? Ada keinginan besar bagi kita untuk menyelesaikan masalah tersebut. Untuk menyelesaikan setiap masalah, dibutuhkan nalar berpikir agar kita dapat mencari solusinya. Sekolah hadir untuk membimbing kita ke arah itu.
Nah, sekolah juga berperan sebagai agen sosialisasi. Dengan berada di sekolah maka kita bertemu dengan suatu kondisi baru yang sebelumnya tidak pernah kita temui: teman, guru, tukang sapu sekolah, mata pelajaran baru, aturan baru. Semuanya membantu kita tidak hanya untuk memiliki kemampuan berpikir tetapi juga belajar tentang kemandirian dan kedisplinan diri kita.
Seorang Sosiolog bernama George Herbert Mead mengatakan dengan berada di sekolah maka kita juga akan memahami peran sosial kita di masyarakat luas loh, yang biasa disebut dengan Generalized Other. Kakak berikan contohnya begini: kalau kita di rumah, jelas adik tahu bahwa peran adik adalah sebagai anak dari ayah dan ibu ‘kan? Tetapi kalau di sekolah, peran adik adalah sebagai seorang murid. Dari situ, kita lagi-lagi belajar bagaimana cara bersikap.
Itu baru beberapa hal dari beragam hal baik yang bisa kita dapatkan di sekolah. Selebihnya, Kakak yakin kamu akan temukan hal baik lainnya di sekolah. Sekolah yang rajin ya, sampai jumpa!
Sumber Gambar: http://everydaylife.globalpost.com
*Muhammad Luthfi Ersa Fadillah adalah mahasiswa angkatan 2010 Program Sarjana Jurusan Sosiologi UNJ dengan konsentrasi program studi Pendidikan Sosiologi. Selain Sosiologi, ia sangat tertarik dengan kajian Pendidikan, Filsafat dan Sejarah. Sambil mengisi waktu luang ia sering menulis esei sederhana dalam blog penyusundiksi.blogspot.com.
bagaimana cara belajar yang baik ? kita harus rajin belajar dalam banyak bidang pelajaraN
Lalu bagaimana dengan ungkapan Illich yang menggugat bahwa sekolah itu seperti penjara? Siapa biang masalah di sekolah sebenarnya? Sistem, kurikulum, atau pendidiknya?
IMHO pelajaran yang didapat dari sekolah yang namanya kehidupan lebih banyak, lebih empiris, dan lebih bersifat sosial dibanding sekolah pada umumnya.
sekolah dengan level pendidikan terfokus seperti Sarjana/Diploma menurut hemat saya sebaiknya segera didapatkan oleh manusia. sedari dini manusia harus segera diajarkan peran2 dalam masyarakat umum dan terjun langsung didalamnya untuk melihat permasalahan yang ada dan belajar memecahkannya.
SD, SMP, SMA menurut saya cuma suatu sistem “pendidikan” instan. yang membuat seseorang merasa sudah mendidik/terdidik di atas kertas, tapi belum tentu belajar cara hidup di kehidupan sebenarnya.
SMK menurut saya lebih tepat, karena belajar sudah terfokus, dan bersifat praktis. makanya lebih siap untuk terjun ke masyarakat.
Baik untuk memahami bukan baik untuk mempelajari, belajar di sekolah jaman sekarang kebanyakan teori teori dan teori dengan sedikit sekali belajar melalui interaksi langsung dengan sekitar atau alam.
seharusnya sekolah yang baik tidak hanya bersifat teoristis, bebaskanlah anak dalam memilih minatnya jika dia berminat di musik maka berikanlah dia fasilitas yang mendukung, jika dia berminat di seni berikan dia alat2 nya, sama juga jika dia berminat di fisika atau yang lainnya.
jadi guru atau pun orang tua tidak selalu berpatok pada sistem pendidikan Indonesia yang salah ini ..
benar kata agan gogogo sd,smp,sma hanya sebuah sistem pendidikan instan yang memangkas habis setiap talent dari siswa2 di Indonesia.