Oleh: Dennis Kwaria* (Kimiawan Organik)
Siapa tidak kenal plastik? Bahan yang satu ini sangat bermanfaat. Dari bungkus cimol sampai bahan laptop, plastik selalu ditemukan. Kata plastik sendiri berasal dari Bahasa Yunani πλαστικός (plastikos) yang artinya “mudah dibentuk”. Dari arti kata tersebut, tentu saja kita mudah menebak mengapa bahan plastik sangat bermanfaat. Bahan plastik mudah dibentuk menjadi bentuk apapun yang kita inginkan.
Bahan yang disebut plastik sebetulnya menunjuk kepada semua jenis bahan yang mudah dibentuk, namun umumnya bila orang menyebut plastik, yang dimaksud adalah bahan yang terbuat dari polimer organik1. Nah, bahan inilah yang menyebabkan bahan plastik berbahaya.
Apa itu polimer organik? Mungkin kita akrab dengan istilah organik sebagai bahan yang berasal dari alam. Seharusnya tidak berbahaya dong? Namun istilah “organik” dalam ilmu kimia menunjuk pada kelompok senyawa kimia yang bahan utamanya adalah karbon.
Karbon adalah unsur yang spesial, karena dapat membentuk rantai yang stabil. Rantai ini bisa sangat panjang, dalam satu senyawa yang disebut plastik bisa terdapat ribuan atom karbon yang tersambung satu sama lain tanpa putus. Bila dalam rantai ini ada pola yang berulang, maka senyawa tersebut disebut polimer.
Polimer berasal dari bahasa Yunani pɒlɪmər yang berarti “banyak bagian”. Salah satu contoh polimer adalah pati, yang terdapat pada tepung terigu. Pati ini dapat dihancurkan oleh tubuh, sehingga tidak berbahaya. Plastik juga merupakan salah satu contoh polimer, tetapi manusia mendesain plastik agar tidak dapat dihancurkan. Karena tidak dapat dihancurkan alam, sifat ini berguna bila dipakai sebagai bahan yang kuat, misalnya bahan laptop. Namun, sifat ini menjadi satu dari bahaya plastik: bila dibuang, alam tidak bisa menghancurkan plastik, sehingga plastik bisa merusak lingkungan hidup.
Baru-baru ini fotografer Justin Hofman memotret kuda laut yang membawa sampah plastik di ekornya. Foto tersebut beliau ambil di laut Sumbawa, Nusa Tenggara dan menjadi contoh bahwa sampah plastik tidak bisa dihancurkan.
Foto kuda laut dan sampah plastik di Laut Sumbawa2
Perbandingan struktur molekul amilum dan polipropilena
Selain rantai karbon, plastik juga diberi beberapa bahan aditif (tambahan) khusus supaya sifat plastik sesuai harapan pembuatnya. Bahan aditif tersebut adalah stabilizer (menstabilkan plastik setelah terbentuk), plastisizer (menjadikan plastik mudah dibentuk), filler (untuk mengisi ruang kosong di antara rantai polimer sehingga plastik lebih padat), dan pewarna.
Selain zat aditif, bahan baku pembuat plastik yang tersisa dapat terbawa pada plasik, dan bahan baku ini seringkali berbahaya. Bahan-bahan ini tidak membentuk ikatan dengan rantai polimer plastik, sehingga kadang-kadang bisa terlepas dari plastik. Bila kita menggunakan plastik untuk mengemas makanan, misalnya sebagai bungkus gorengan atau botol minum, zat aditif tersebut bisa larut dalam makanan kita, lalu masuk bersama makanan ke dalam tubuh kita.
Salah satu jenis zat yang sempat membuat heboh adalah BPA (Bisphenol A). Bisphenol A adalah bahan pembuat plastik jenis polikarbonat. Jenis plastik ini sering digunakan untuk membuat botol minum, juga botol untuk adik bayi. Bila bahan BPA yang masih tersisa ini larut dalam minuman dan masuk ke dalam tubuh manusia, maka dapat mengganggu fungsi hormon, fungsi saraf, bahkan dapat menyebabkan kanker.
Bisphenol A (berbahaya) dan plastik yang dibuat dari Bisphenol A (tidak berbahaya)
Tidak bisa kita pungkiri kalau manusia membutuhkan zat yang disebut plastik. Buktinya, kita selalu menemukan plastik di manapun. Namun saat ini sifat plastik yang tidak bisa dihancurkan berpotensi merusak lingkungan hidup. Selain itu bahan yang tersisa pada plastik dan masuk ke dalam tubuh manusia menjadi bahaya yang serius.
Oleh sebab itu, manusia terus berupaya untuk mengembangkan plastik dari bahan yang ramah lingkungan dan juga membuat plastik yang mudah dihancurkan alam. Salah satunya adalah plastik yang disebut polilaktat. Bila dibuang ke alam, polilaktat dapat dihancurkan oleh bakteri Amycolaptosis dan Saccharotrix.
Nah, Adik-adik belajar yang rajin ya, agar suatu hari nanti bisa menemukan zat plastik yang makin aman bagi manusia dan alam!
Sumber:
1. Ebbing, Darrell; Gammon, Steven D. (2016-01-01). General Chemistry. Cengage Learning.
2. https://www.theverge.com/2017/9/15/16314928/justin-hofman-seahorse-plastic-pollution-photography (26 November 2017).
3. Yutaka Tokiwa; Buenaventurada P. Calabia; Charles U. Ugwu; Seiichi Aiba (September 2009). “Biodegradability of Plastics”. International Journal of Molecular Science. 10 (9): 3722–3742.
*Dennis Kwaria adalah seorang kimiawan organik. Ia meraih gelar sarjana dan magister dalam bidang Kimia dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Institut Teknologi Bandung.
bahayanya plastik, go check : http://fst.unair.ac.id/penggunaan-plastik-berlebih-tingkatkan-risiko-diabetes-mellitus/