Oleh: Nur Mardliana Sari* (Konselor)
Berbicara tentang mimpi, satu orang dengan orang yang lain mungkin mempunyai pendapat yang berbeda. Banyak orang mengartikan mimpi sebagai bunga tidur, sementara yang lain menafsirkannya sebagai petunjuk dari Yang Kuasa.
Dalam psikologi, mimpi dapat terjadi karena adanya harapan-harapan atau keinginan-keinginan yang tidak atau belum terwujud, yang tersimpan di alam bawah sadar. Harapan-harapan atau keinginan-keinginan inilah yang kemudian muncul dalam bentuk mimpi yang terjadi saat tidur, persisnya dalam kondisi REM (Rapid Eye Movement).
Pada dasarnya, mimpi dapat terjadi karena aktivitas otak yang selalu mendapat pesan dari panca indera. Misalnya, otak berperan menerjemahkan warna dan rasa pada makanan, atau membantu mengenali bentuk dan kontur pada benda. Nah, pada saat tertidur, panca indera tidak bekerja, tetapi otak tetap bekerja. Oleh karena itu, otak dapat menciptakan gambaran-gambaran berupa imajinasi tanpa peranan panca indera. Inilah yang disebut dengan mimpi.
Ajaibnya, otot kita dalam keadaan tidak aktif saat bermimpi, sehingga mencegah kita memerankan apa yang dialami dalam mimpi. Walaupun mimpi terasa nyata, dengan tidak berfungsinya otot, maka kita terhindar dari mencederai diri sendiri dan orang lain. Misalnya kita bermimpi berkelahi dengan orang asing. Pada kenyataannya, kita tidak sedang berkelahi dan memerankan aksi perkelahian bukan?
Kadang ada sih orang yang bergumam atau mengucapkan kata-kata yang tidak jelas saat tidur. Ini disebut mengigau atau parasomnia. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi psikologis, demam tinggi atau tidur yang terganggu. Agar tidak mengigau, buatlah kondisi tidur dalam keadaan nyaman. Usahakan tidak ada aktivitas fisik yang berat pada siang hari seperti bermain perang-perangan atau bertengkar dengan teman.
Pernah mendengar istilah somnabulisme? Ini artinya berjalan dalam keadaan tidur. Bangkit dari ranjang, berjalan keluar, kemudian melakukan sesuatu. Saat terbangun, tidak ingat apa yang dilakukan. Berdoalah sebelum tidur dan biasakan tidur siang yang cukup agar terhindar dari somnabulisme.
Sumber gambar: http://www.gettingthroughthis.com
*Nur Mardliana Sari meraih gelar sarjana dalam bidang psikologi dari Universitas Proklamasi 45, Yogyakarta, pada tahun 2004. Saat ini ia bekerja sebagai konselor yang memberikan penyuluhan di Poli Tumbuh Kembang RSUD Dr. R. Soedjono Selong, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
aku repost yah ka pake sumber kok!