Oleh: Nisa Faridz* (Mahasiswa Program Doktor Administrasi dan Kebijakan Pendidikan)
Apa tugas guru, sebenarnya? Apa yang harus mereka lakukan setiap hari?
Waduh, maaf ya pertanyaan kamu Kakak balas dengan pertanyaan juga. Sebenarnya, pertanyaanmu ada hubungannya dengan tugas dan tanggung jawab guru. Sambil Kakak menjelaskan, coba bayangkan seorang guru yang harus mengajarkan matematika ketika kamu kelas 1 SD.
Apa syaratnya untuk bisa mengajar matematika? Ya tentu harus benar-benar memahami matematika, ya. Tetapi mungkin kamu bilang “matematika untuk kelas 1 SD kan gampang, hanya mengurutkan angka, melakukan penjumlahan dan pengurangan sederhana saja. Jadi, mengapa harus menunggu sampai tua untuk mengajarkan matematika pada anak usia enam atau tujuh tahun?”
Nah, kamu ingat tidak waktu belajar penjumlahan di kelas 1 SD? Susah kah kamu mempelajarinya? Kalau jawabanmu “tidak susah”, maka itu tidak lepas dari peran gurumu. Karena bapak atau ibu gurumu menggunakan cara mengajar yang sangat menarik, kamu menjadi mudah memahaminya. Kamu menjadi semangat belajar dan akhirnya bisa memahami pelajaran dengan baik.
Gurumu menggunakan permainan dan lagu, mengajarkanmu dengan sabar berulang kali, atau menggunakan berbagai alat sehingga kamupun jadi paham dan terampil matematika. Wah, kok tahu saja ya ibu dan bapak guru mengajarkan kita dengan metode-metode seperti itu?
Lalu ingatkah kamu ketika di kelas, ada yang berisik dan ada juga murid yang sibuk sendiri menggambar di belakang buku PR-nya, padahal harusnya belajar matematika? Apa yang dilakukan gurumu ketika itu? Pernahkah ia meminta anak yang tampaknya mengantuk untuk maju ke depan dan mengerjakan soal di papan tulis? Ataukah gurumu meminta anak yang ngobrol tadi mengucapkan kembali apa yang dijelaskan gurumu?
Biasanya guru-guru mempunyai berbagai cara untuk membuat seluruh murid memperhatikan pelajaran. Dari mana ya mereka tahu caranya menarik perhatian murid di kelas? Bagaimana mereka tahu cara memotivasi kita untuk terus semangat belajar? Bagaimana mereka bisa melerai pertikaian yang suka terjadi antar murid di kelas?
Saat menerima rapot, gurumu tidak saja menuliskan hasil belajarmu dalam bentuk angka, tetapi juga berupa narasi yang menjelaskan perkembanganmu. Dan gurumu bisa menjelaskan kepada orang tuamu, bagaimana kamu bertambah pintar dari hari ke hari. Kalau kamu tanya angka-angka itu didapat dari mana, Kakak yakin gurumu akan menjelaskannya dengan rumus-rumus yang tidak dipelajari anak kelas 1 SD (walaupun ia guru kelas 1 SD).
Nah, ternyata tugas guru banyak ya, dan banyak juga keterampilan yang harus mereka kuasai. Di dalam kelas saja, seorang guru harus mengajarkan materi pelajaran dengan berbagai metode ditambah lagi harus mengatur puluhan anak sekaligus. Saat kamu pulang sekolahpun, pekerjaan guru belum selesai. Mereka masih harus membuat rencana bagaimana akan mengajar besok: kegiatannya seperti apa, apakah akan menggunakan alat peraga, dan sebagainya banyak yang harus mereka pikirkan.
Jadi, kembali ke pertanyaan kamu mula-mula: Kenapa di sekolah guru biasanya lebih tua dari kelasnya? Menurut Kakak, jawabannya adalah: karena seseorang harus belajar untuk menjadi guru. Ia harus punya kompetensi atau kemampuan yang beragam. Tidak cukup hanya mengerti matematika, tetapi guru juga harus bisa mengajarkannya dengan efektif. Tidak cukup hanya mengajar, tetapi juga bisa memperhatikan anak-anak di kelasnya dan mengevaluasi perkembangan muridnya satu persatu.
Singkatnya, untuk jadi guru pun harus belajar. Di lembaga pendidikan keguruan para calon guru akan belajar bagaimana mengajarkan matematika (atau mata pelajaran lain) yang efektif. Mereka juga belajar menggunakan teknologi, dan membuat berbagai alat bantu belajar. Merekapun belajar ilmu-ilmu lainnya yang berkaitan dengan dunia pendidikan, termasuk belajar bagaimana memotivasi kamu dan teman-teman supaya terus semangat meraih cita-cita dan supaya mempunyai karakter dan tingkah laku yang baik.
Kapan mereka mulai belajar semua itu? Saat mereka kuliah, yang artinya sudah lulus SMA. Nah, coba kamu hitung-hitung. Kalau saat mereka lulus umur mereka sudah 18 tahun, misalnya; lalu mereka kuliah untuk siap-siap menjadi guru selama kira-kira 4 tahun, di umur berapakah mereka akan mulai menjadi guru? Ya, betul, ketika mereka berusia kira-kira 22 tahun bahkan bisa lebih. Jadi, tentu saja mereka jauh lebih tua daripada murid mereka ‘kan?
Sumber gambar: http://read180.scholastic.com
*Nisa Faridz saat ini sedang menempuh studi doktoral dalam bidang administrasi dan kebijakan pendidikan di State University of New York, Albany, Amerika Serikat. Awalnya ia adalah seorang guru SD, lalu beralih menjadi pengajar untuk calon guru dan fasilitator untuk pengembangan sekolah dan profesi keguruan.
Artikel yang menarik, sebenarnya usia bukan patokan baku yang menjadi pembeda antara murid dan guru. sangat mungkin seorang yang lebih muda punya kompetensi dan wawasan yang lebih dari orang yang lebih tua.
Guru umur 22 ya emang lebih tua dari muridnya.. tapi coba dipikir lagi,, umur segitu ya cukup muda buat punya adik umuran SD atau SMP..