Oleh: Budi Dermawan* (Astronom)
Bebatuan asteroid diyakini bukan hasil tabrakan dengan Jupiter. Bebatuan yang berserakan dalam jumlah yang sangat banyak ini (dikenal sebagai Sabuk-Utama Asteroid) berada di antara Mars dan Jupiter, yang bersama-sama mengitari Matahari.
Nah, dulu, orang memang pernah menduga bahwa bebatuan ini merupakan hasil pecahan sebuah planet. Tetapi, pengamatan astronomi kemudian menemukan bahwa kandungan materi bebatuan ini berbeda-beda. Oleh sebab itu tidaklah mungkin bebatuan ini merupakan pecahan dari sebuah planet, karena kandungan planet pada umumnya relatif seragam (tidak terlalu berbeda-beda).
Lantas bagaimana bebatuan ini terbentuk? Astronom meyakini bahwa sebuah planet dibentuk dari material dasar (seperti bebatuan) dan/atau gas yang berkumpul sedikit demi sedikit hingga menjadi besar. Pada daerah antara Mars dan Jupiter, keberadaan material dasar ini tidak sempat bergabung menjadi planet. Mengapa?
Kita mengetahui bahwa Jupiter merupakan planet dengan bobot terbesar di Tata Surya. Jupiter ini menjadi pengganggu yang kontinu (terus-menerus) dalam bentuk gaya tarik-menarik (gravitasi) yang kuat karena bobotnya yang besar. Akibatnya bebatuan itu tetap berserakan dan gagal bergabung menjadi planet. Inilah teori yang diyakini saat ini.
Sesama bebatuan itu dapat juga bertabrakan, loh. Hasilnya apa? Setelah tabrakan, bebatuan itu pecah menjadi benda berukuran lebih kecil dalam jumlah yang banyak, dan bahkan sebagian di antaranya menjadi debu.
Ilustrator: Frans Mateus Situmorang
*Budi Dermawan adalah seorang astronom yang menekuni sistem keplanetan, asteroid, dan komet, khususnya dalam gerak orbitnya. Ia mengajar di FMIPA ITB sejak tahun 1993 dan meraih gelar doktor dari University of Tokyo Jepang pada tahun 2004.