Oleh: Diryati Widyantari* (Mahasiswa FK Unpad)
Halo, Dik Mazdaq. Pertanyaannya unik nih, Kakak coba jawab ya…
Mungkin, sejak zaman dahulu, manusia penasaran bagaimana bentuk wajahnya sendiri. Selama ini, kita bisa melihat semua orang, kecuali diri kita sendiri. Kita bisa meraba wajah kita dan meminta bantuan orang lain untuk mendeskripsikan wajah kita, tetapi tetap tidak puas rasanya kalau tidak melihat sendiri. Bahkan, dengan melihat diri lewat cermin, terkadang masih saja meragukan apa yang terlihat dari pantulan cermin di hadapan kita.
Jangkauan pandang mata kita sebenarnya sudah luas loh. Kita bisa melihat ke atas-bawah hingga 90 derajat. Lalu kita bisa melirikkan mata kita ke kiri dan kanan hingga 135 derajat. Juga, letak kedua mata terisah dengan jarak sedemikian rupa, sehingga memperluas jarak pandang kita. Coba saja, ketika mata kita diarahkan lurus ke depan, kita tetap bisa melihat apa yang ada di samping kiri-kanan tanpa melirikkan mata sedikitpun.
Tapi, kenapa sih matanya tidak dibuat bisa keluar dari tulang tengkorak kepala, biar bisa lebih fleksibel untuk melihat ke manapun. Bisa melihat 360 derajat ke arah wajah sendiri, misalnya.
Ternyata, ada hikmahnya. Mata kita sangat rapuh, berupa sekantung cairan yang mudah pecah jika ditekan, sehingga sangat rawan untuk rusak. Sedikit saja ada goresan, bisa langsung buta loh. Bahaya banget ‘kan? Apalagi kalau sampai kita tidak bisa melihat, sedih sekali rasanya, hu-hu.
Karena bahaya yang besar itu, mata dimasukkan ke dalam rongga yang dikelilingi tulang tengkorak kepala yang tebal. Perlindungan ekstra bagi mata dilengkapi oleh kelopak mata yang bisa menutup ringan dan menutup rapat (terdapat otot yang bisa menutup paksa kelopak dengan kencang). Ditambah lagi aksesoris seperti bulu mata untuk menyaring debu, alis mata untuk menghalau keringat, serta kelenjar air mata untuk memproduksi air mata yang mencegah kekekringan mata.
Mata adalah organ yang vital bagi kehidupan kita. Jadi, tidak apa-apa tidak bisa melihat diri sendiri secara langsung, daripada mengambil resiko besar yang bisa merusak mata secara permanen. Ya ‘kan?
Semoga jawabannya memuaskan ya… Keep asking, keep questioning everything!
Sumber gambar: http://pixabay.com
*Diryati Widyantari tercatat sebagai mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran Unpad sejak tahun 2012. Selain ilmu kesehatan, ia tertarik dengan ilmu psikologi kognitif, sejarah Islam, ilmu komunikasi, serta ilmu finansial. Saat ini, ia aktif mengurusi #serba10, usaha kecil dalam bidang penjualan pulsa dan makanan di daerah kampusnya.