Oleh: Muhammad Luthfi Ersa Fadillah* (Sarjana Sosiologi)
Halo Adik, pertanyaanmu merupakan pertanyaan universal yang akan menimbulkan ragam jawaban, izinkan Kakak mengutarakan salah satu jawabannya ya. Kakak akan berangkat dari sebuah pernyataan dari Erich Fromm, seorang psikolog, sosiolog dan filsuf berkebangsaan Jerman. Dalam bukunya The Art of Loving, ia mengatakan bahwa cinta itu adalah seni.
Baginya, kita sebagai manusia memiliki akal pikiran dan kesadaran akan eksistensi diri. Sebagai manusia, baik anak-anak hingga orang dewasa tidak menginginkan merasa terasing ‘kan? Kita ingin selalu terkoneksi dengan sesama manusia lain, alam dan bahkan Tuhan ‘kan? Itulah dasar mengapa cinta itu kemudian muncul. Cinta sebagai seni untuk mengatasi rasa keterpisahan kita terhadap dunia.
Ia merumuskan bahwa cinta adalah suatu sikap yang menentukan jalinan seorang pribadi dengan dunia secara keseluruhan. Jadi, sebetulnya cinta itu tidak hanya ditujukan untuk satu objek saja loh. Bukan hanya untuk ayah-ibu saja, atau teman saja, tetapi juga segala yang ada di alam semesta ini, termasuk Tuhan.
Mau tahu bagaimana cinta itu terbentuk dan menghubungkan satu sama lain? Fromm percaya bahwa cinta sesungguhnya merupakan suatu tindakan, dan kunci tindakan yang dimaksud adalah kemampuan untuk memberi. Apa yang kita berikan? Adalah seluruh potensi kehidupan kita yang bersifat positif. “Apa saja Kak?” Wah, banyak sekali, untuk sesama manusia: kebahagiaan, pengetahuan, materi, bahkan sekedar senyuman. Untuk hewan dan tumbuhan: memberi makan hewan, menanam benih-benih pohon, juga menyiram. Sedangkan untuk Tuhan? Kita beribadah, beramal dan juga berdoa.
Jangan takut bahwa apa yang kita miliki menjadi berkurang, justru sebaliknya, semakin banyak kita memberi, semakin kita menumbuhkan cinta dalam diri kita dan membentangkannya ke alam semesta.
Sumber Gambar:
1. https://monakaraoui.wordpress.com/2010/05/22/book-review-the-art-of-loving-erich-fromm/
2. http://izquotes.com/quote/66468
Tentang Penulis:
*Muhammad Luthfi Ersa Fadillah adalah sarjana sosiologi lulusan Universitas Negeri Jakarta, yang mendalami Pendidikan Sosiologi. Selain Sosiologi, ia tertarik pada kajian Pendidikan, Filsafat, dan Sejarah. Sambil mengisi waktu luang, ia sering menulis esei sederhana dalam blog penyusundiksi.blogspot.com.
Menurut saya, cinta itu adalah sebuah emosi dari pikiran setiap manusia yang menimbulkan perlakuan yang di anggapnya pantas dilakukannya bagi dirinya dengan yang dicintainya. Bagaimana cinta itu ada? Setiap manusia secara umum mempunyai emosi yang berbeda-beda terhadap sesuatu. Emosi disini bisa positif ataupun negatif bercampur dengan tingkat keegoisan orang tersebut. Dengan emosi yang dimiliki, orang dapat dengan mudah merespon segala objek yang bersinggungan dengan orang tersebut sehingga “memberi” respon yang sesuai dengan kondisi emosi saat itu. Jadi “kenapa beberapa orang mencintai A tapi beberapa lainnya tidak?” hal ini disebabkan emosi orang tersebut.
Anak muda khususnya haruslah bersikap dan berpikir positif dan kritis. Salam
Mengapa ada cinta? Karena secara alami otak manusia (dan beberapa binatang) memiliki kemampuan menilai secara insting berdasarkan perasaan. Apabila dia merasa positif maka dia akan suka, apabila negatif maka tidak suka. Dalam interaksi dengan berbagai hal (orang, benda, aktifitas, dll), secara bawah sadar kita menetapkan beberapa hal lebih kita sukai dan kita nilai lebih berharga dari yang lain, ditandai dengan munculnya perasaan positif yg sgt kuat. Hal2 yang berharga tersebut ada tingkatannya, dan beberapa hal yang kita rasa paling berharga bisa menimbulkan perasaan positif terkuat yang biasanya disebut CINTA.
Cinta kita pada suatu hal juga bisa berubah lho bila suatu saat kita merasa hal tersebut tidak begitu berharga lagi, atau bila muncul hal lain yg kita nilai lebih berharga..