Oleh: Emanuel Sungging Mumpuni* (Mahasiswa Program Doktor Astronomi)
Sebelum berkembangnya ilmu Astrofisika, manusia belum bisa mempelajari unsur apa yang menjadi penyusun Matahari, apakah tersusun atas zat seperti yang ada di Bumi, atau berbeda sama sekali? Dengan diperkenalkannya spektroskopi pada abad ke-19, yaitu cara untuk mengurai cahaya (seperti bintik air hujan yang mengurai sinar Matahari menjadi pelangi), maka kita dapat mempelajari unsur-unsur yang menyusun Matahari.
Dengan bantuan alat pengurai cahaya (seperti prisma atau kisi-kisi), maka kita dapat menguraikan cahaya Matahari, yang terurai dalam warna berbeda, dari merah sampai biru, atau dalam bahasa ilmiah disebut sebagai spektrum. Ternyata spektrum cahaya Matahari menunjukkan tidak hanya warna-warni me-ji-ku-hi-bi-ni-u, tetapi juga ada garis-garis gelap, dikenal sebagai garis-garis Fraunhofer, sesuai nama tokoh yang mengidentifikasikan garis-garis gelap tersebut, yaitu Joseph von Fraunhofer.
Berdasarkan informasi yang dipelajari dari spektroskopi tersebut didapatkan bahwa Matahari adalah gas yang sangat panas, tersusun atas unsur terbanyak adalah Hidrogen, diikuti Helium, serta unsur-unsur lainnya. Unsur Helium adalah unsur yang ditemukan dari pengamatan spektroskopi Matahari pada masa itu. Karena jarang ditemukan di Bumi, unsur tersebut dinamakan Helium, yang berasal dari kata Helios (Dewa Matahari dalam mitologi Yunani).
Berdasarkan yang dipelajari dari spektroskopi, maka saat ini kita telah mengetahui dengan baik bahwa Matahari adalah gas yang sangat panas, dengan suhu permukaan mencapai 5778 K (5505 C), bermassa mencapai 2 juta trilyun-trilyun kg (ada 30 angka 0 di belakang 2), atau 330 ribu kali massa Bumi, dengan komposisi utama massa adalah 75% Hidrogen, 24% Helium, serta selebihnya unsur yang lebih berat. Dari unsur-unsur tersebut, kita dapat menentukan bahwa usia Matahari mencapai 4,5 milyar tahun, dan komposisinya akan berubah seiring waktu, sampai mencapai akhir kehidupan Matahari, diperkirakan 4,5 milyar tahun lagi.
Ilustrasi: Frans Mateus Situmorang
*Emanuel Sungging Mumpuni adalah kandidat doktor dalam bidang Astronomi, Institut Teknologi Bandung. Ia dikenal pula sebagai penulis dan peneliti di LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) dan Himpunan Fisika Indonesia, khususnya dalam bidang Astronomi dan Sains Antariksa.
Pingback: EKOSISTEM CAHAYA MATAHARI | My little secret
Pingback: Berapa Umur Matahari? - Anak Bertanya Pakar Menjawab
Bro Sungging Mumpuni, apakah hanya dg alat spektroskopi tsb sdh bisa diketahui massa matahari? Kalo boleh tahu bagaimana cara menghitungnya?