Oleh: Diryati Widyantari* (Dokter)
Wah, pertanyaan kamu menarik sekali! Secara singkat, ilmu kedokteran berisi berbagai macam hal yang terjadi pada manusia dalam kondisi sehat maupun sakit, baik secara individu maupun dalam kelompok masyarakat. Seorang dokter diharapkan dapat menganalisis permasalahan kesehatan pasien, memberi saran untuk kesembuhan pasien, serta mengedukasi pasien agar menjaga kesehatan dan menghindari penyebab penyakit.
Untuk Adik-adik semua yang ingin mempelajari ilmu kedokteran, yuk kita baca bersama apa saja yang perlu dipersiapkan untuk menjadi seorang dokter.. Pertama, untuk mempelajari ilmu kedokteran Adik perlu rajin membaca! Untuk membedakan satu penyakit dengan penyakit lainnya, Adik-adik perlu membaca beberapa buku tebal sebagai referensi menentukan penyakit yang dimiliki pasien. Kalau tidak membaca, dokter tahu dari mana kalau sakit lambung berbeda dengan sakit mencret? Hehe…
Karena beberapa penyakit punya kemiripan, biasanya dokter memiliki daftar penyakit yang mungkin diderita pasien, hanya saja dokter tidak selalu bilang ke pasien, agar pasien tidak jadi bingung. Misalnya nih… Adik datang dengan keluhan batuk-batuk. Dokter akan bertanya, batuknya sudah berapa hari? Ada demamnya tidak? Di rumah ada siapa saja yang batuk? Nah, kalau Adik tahu, setiap pertanyaan itu berisi 1-2 kemungkinan penyakit loh… Batuk 3 hari berbeda dengan batuk 1 bulan, batuk dengan demam berbeda dengan batuk saja, batuk menular berbeda dengan batuk alergi! Nah, karena itu dokter perlu banyak membaca supaya tidak salah menentukan..
Langkah kedua, setelah Adik-adik banyak membaca… perlu juga yang namanya berpikir kritis. Seperti komputer, otak manusia juga mampu menyimpan banyak sekali data. Namun bedanya, kalau komputer menunggu perintah (coding) buatan manusia, seorang manusia diberi kemampuan untuk berpikir sendiri. Berpikir kritis diperlukan untuk memilih data-data yang ada di otak manusia lalu diolah dan dicocokkan dengan keluhan yang ada pada pasien.
Contohnya sama seperti tadi, pasien mengeluh batuk nah dokter perlu mengajukan pertanyaan apa saja sehingga nantinya obat yang diberikan bisa mengatasi penyakit pasien. Sepertinya mudah ya dokter tinggal bertanya-tanya, tapi butuh praktik latihan bertahun-tahun supaya bisa menanyakan hal yang tepat. Apalagi jika pasien mengeluhkan sesuatu, padahal sebenarnya bukan itu masalahnya. Wah wah, rasanya seperti main detektif deh…
Yang ketiga, setelah menentukan penyakit biasanya dokter meresepkan obat nih… Berbeda dengan menentukan penyakit, menentukan pilihan terapi merupakan tantangan tersendiri. Ada banyak pertimbangan yang diperlukan untuk memberikan, karena setiap orang akan berbeda kebutuhannya. PIlihan terapi ada banyak, mulai dari memperbaiki pola tidur dan istirahat, memilih makanan yang tepat, melakukan kegiatan fisik yang cukup, berbagai macam obat dengan dosis tertentu, menghindari penyebab alergi, sampai menghadiri beberapa sesi rehabilitasi medis. Banyak sekali ya pilihan…dan untuk menentukannya, kita perlu melakukan langkah ketiga yaitu berempati kepada pasien.
Secara teori di buku teks kedokteran dan kesepakatan organisasi dokter, selalu ada rekomendasi terapi atau standar obat yang diberikan pada setiap penyakit. Namun, jika kita berempati kepada pasien, kita bisa menyesuaikan kira-kira terapi apa yang bisa diberikan. Dokter melihat pasien bukan dari penyakitnya saja, tapi dari latar belakang pasien seperti usia, kemampuan ekonomi, tingkat pendidikan, serta sosial masyarakat. Pasien yang masih remaja bisa diberikan resep obat tiga kali sehari, namun untuk kakek yang sudah tua bisa dicarikan obat dengan efek yang sama dan hanya diminum satu kali sehari.
Pasien yang kurang mampu bisa disesuaikan untuk menjalani pengobatan yang lebih terjangkau sehingga tetap sembuh tanpa biaya yang terlalu tinggi. Jarang ada pasien yang berterus terang ke dokter, “Dok, saya mau obat yang murah saja,” atau “Dok, saya tidak bisa minum obat tiga kali sehari.” Semua pasien ingin mengikuti saran dari dokter agar mereka sembuh. Jadi, dokter yang mencari tahu apakah pasien mampu menjalani saran pengobatan dengan menyelipkan 1-2 pertanyaan untuk mengetahui latar belakang pasiennya. Dengan berempati, dokter berharap siapapun pasiennya dapat menjalani pengobatan sampai sembuh.
Itulah tiga langkah awal dalam mempelajari ilmu kedokteran. Seorang dokter akan menghadapi berbagai macam pasien yang seorang manusia biasa dengan latar belakang berbeda-beda. Dengan rajin membaca, berpikir kritis, dan bersikap empati, Adik-adik akan jadi dokter yang tidak hanya dapat menyembuhkan penyakit pasien, tapi juga menenangkan hati pasien. 😀
*Diryati Widyantari saat ini bekerja sebagai dokter umum di kota Cilegon, Banten. Ia dapat dihubungi via akun Instagram-nya, yaitu @dirwidya01.
Semakin banyak artikel yang saya baca semakin menambah wawasan buat saya.. terima kasih ka