Oleh: Hendra Gunawan* (Matematikawan)
Hmmm… jenius itu bawaan, bukan hasil belajar atau berlatih. Hanya sedikit orang yang lahir sebagai jenius. Anak jenius biasanya memperlihatkan kejeniusannya sejak kecil. Ada yang jenius dalam matematika, ada yang jenius dalam musik, atau dalam bidang lainnya.
Jadi, belajar matematika tidak akan membuat seseorang menjadi jenius; tetapi sebaliknya anak yang jenius dalam matematika akan memperlihatkan kecemerlangannya dalam matematika.
Sebagai contoh, Terrence Tao (lahir 1975), sejak kecil telah memperlihatkan kepiawaiannya bermatematika. Pada usia 9 tahun, ia sudah memahami matematika tingkat universitas. Pada usia 11, 12, dan 13 tahun, ia meraih medali perunggu, perak, dan emas pada Olimpiade Matematika Internasional (yang pada umumnya diikuti oleh siswa SMA).
Pada usia 16 tahun, Terry, panggilan akrab Terrence Tao, lulus program master matematika, dan pada usia 21 tahun, ia meraih gelar doktor dalam bidang matematika dari Princeton University. Pada usia 24 tahun, ia diangkat sebagai profesor penuh (full professor) di University of California, Los Angeles, AS.
Pada usia 31 tahun, Terry mendapat Fields Medal, penghargaan tertinggi dalam bidang matematika, setara Nobel Prize untuk bidang lainnya.
Jadi, buat apa orang belajar matematika, bila ia bukan seorang jenius dan tidak akan menjadi jenius? Matematika diajarkan di sekolah untuk melatih siswa bernalar, mempertajam cara berpikirnya, serta mengasah kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
Walau bukan jenius, otak manusia pada umumnya perlu dirangsang agar dapat berfungsi secara optimal. Matematika merupakan ‘olahraga’ yang baik dan perlu bagi otak kita. (Tentunya selain matematika banyak bidang lainnya yang juga dapat mengasah otak kita.)
Sumber gambar: https://newsroom.ucla.edu
*Hendra Gunawan tercatat sebagai dosen matematika di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung, sejak 1988. Pada tahun 2013, ia menggagas blog anakbertanya.com dan sejak itu mengelola blog tersebut yang menerbitkan jawaban para pakar atas berbagai pertanyaan anak-anak.