Oleh: E. Sungging Mumpuni* (Astronom)
Pada Bagian I, Kakak menjelaskan bahwa untuk bisa mengamati lubang hitam, dibutuhkan sebuah teleskop yang berukuran sangat besar. Nah, karena itu, para ahli astronomi bekerja sama dalam upaya mengamati lubang hitam, dalam satu proyek yang disebut sebagai The Event Horizon Telescope (EHT).
EHT adalah sebuah upaya membuat teleskop seukuran planet Bumi, tersusun atas delapan teleskop radio melalui kolaborasi internasional, yang memang secara khusus dirancang untuk menangkap foto dari lubang hitam. Kedelapan teleskop yang terlibat adalah ALMA, APEX, IRAM 30-meter Telescope, James Clerk Maxwell Telescope, Large Millimeter Telescope Alfonso Serrano, Submillimeter Array, Submillimeter Telescope, dan South Pole Telescope.
Teknik pengamatan EHT disebut sebagai very-long-baseline interferometry (VLBI), yang mensinkronisasi serangkaian fasilitas teleskop di seluruh dunia, dengan memperhitungkan gerak rotasi Bumi sehingga membentuk sebuah teleskop yang seukuran planet Bumi, mengamati pada panjang gelombang 1,3mm, dengan resolusi 20 mikro-detik-busur. Sebagai gambaran, teleskop ini bisa membaca surat kabar yang diletakkan di New York dari sebuah kafe di Paris.
Data mentah yang terkumpul mencapai petabytes (350 terabytes per hari), dikombinasikan dengan supercomputer di Max Planck Institute for Radio Astronomy dan MIT Haystack Observatory, mempergunakan algoritma pengolahan citra yang dikembangkan oleh Dr. Katie Bouman dan timnya.
Teknik pengamatan dan pengolahan data EHT inilah yang kemudian berhasil memperoleh potret lubang hitam di arah Galaksi M87, dan untuk pertama kalinya mendapatkan citra sebagai bukti nyata keberadaan lubang hitam.
Jadi, Adik-adik, lubang hitam itu ada, dan salah satunya telah ditemukan di Galaksi M87. Mungkin nanti kalau Adik-adik sudah besar bisa menemukan lubang hitam di galaksi lainnya. Siapa tahu?
Sumber gambar:
1 https://www.eso.org/public/outreach/first-picture-of-a-black-hole/blog/
2 https://imgur.com/gallery/TcBAtFU
*E. Sungging Mumpuni meraih gelar doktor dalam bidang Astronomi dari Institut Teknologi Bandung pada tahun 2015. Ia bekerja sebagai peneliti di LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) dan tercatat sebagai anggota Himpunan Fisika Indonesia, khususnya dalam bidang Astronomi dan Sains Antariksa.