Oleh: Agnes Sianipar* (Pakar Neurosains Kognitif)
Halo Randin.. Terima kasih untuk pertanyaannya yang menarik. Emosi yang kita rasakan dipengaruhi oleh pesan kimiawi yang digunakan sel-sel untuk berkomunikasi satu dan lainnya. Ada dua jenis pesan kimiawi, yaitu neurotransmitter (pesan kimiawi yang diproduksi dan dikirim ke berbagai area otak) dan hormon (neurotransmitter yang memasuki pembuluh darah dan dikirim ke berbagai area tubuh).
Neurotransmitter yang dikenal sangat mempengaruhi emosi kita adalah neurotransmitter monoamina, misalnya Dopamine dan Serotonin. Secara umum, kita juga memiliki dua kategori hormon yang mempengaruhi emosi. Yang pertama, kategori hormon steroid, contohnya Testosterone dan Cortisol. Kategori kedua adalah hormon peptida, contohnya Endorphin, Vasopressin dan Oxytocin.
Setiap neurotransmitter dan hormon memiliki peran tertentu dalam emosi dan perilaku kita. Kakak akan menjelaskan bagaimana mereka mempengaruhi beberapa emosi kita ya.
Saat marah, kita mengalami peningkatan produksi hormon Testosterone dan penurunan Cortisol. Hormon Testosterone juga memiliki andil dalam membentuk perilaku agresif, terutama pada kaum pria. Selain itu, produksi hormon Cortisol juga penting pada saat lingkungan memaksa kita mengubah cara pandang, pemikiran dan perilaku kita secara cepat, kondisi yang memunculkan ‘stress’ pada diri kita. Peningkatan produksi Cortisol yang tidak terkendalikan pada saat stress akan membuat kita cemas dan rentan akan depresi.
Peran hormon Oxytocin penting untuk memunculkan emosi cinta dan kasih sayang. Oxytocin diproduksi di Hipotalamus dan salah satunya fungsinya adalah membentuk rasa percaya pada orang lain. Sementara itu, hormon Vasopressin berperan dalam menimbulkan rasa takut yang penting untuk pertahanan diri kita. Nah, ikatan sosial yang kita miliki dengan orang tua dan teman-teman terbentuk karena adanya kerjasama kedua hormon ini. Peningkatan hormon Oxytocin akan lebih dominan daripada Vasopressin sehingga kita bisa memiliki emosi cinta atau rasa sayang yang bisa mengalahkan rasa takut dalam berinteraksi dengan orang tua dan sahabat kita.
Peran neurotransmitter Dopamine penting untuk memunculkan emosi senang terutama saat kita berhasil mencapai sesuatu. Emosi senang ini dapat membentuk kebiasaan kita dalam belajar. Kalau kita berhasil mencapai nilai bagus dalam suatu ujian, maka produksi Dopamine kita akan meningkat dan kita pun merasakan emosi senang (dan bangga tentunya!). Perasaan senang dan bangga tadi akan membuat kita ingin terus belajar dan kemampuan kita dalam pelajaran tersebut pun akan semakin baik.
Bagaimana dengan emosi bahagia atau sedih? Paling tidak ada dua pesan kimiawi yang berperan dalam memunculkan emosi bahagia, yaitu neurotransmitter Serotonin dan hormon Endorphin. Saat kita sedang berolahraga dan aktivitas tubuh meningkat, produksi hormon Endorphin akan meningkat untuk memunculkan rasa bahagia yang bisa meredakan rasa lelah dan sakit di tubuh kita.
Neurotransmitter Serotonin penting untuk memunculkan emosi bahagia dan sedih. Bila otak kita kekurangan Serotonin maka kita bisa mengalami kesedihan yang tak terkendalikan, contohnya pada orang yang sedang mengalami depresi. Produksi Serotonin di otak juga meningkat saat kita bahagia karena telah berbagi dengan orang lain (misalnya berbagi mainan dengan teman). Karenanya, Serotonin adalah neurotransmitter yang juga penting dalam pembentukan perilaku berbagi dengan sesama.
Masih ada banyak lagi neurotransmitter dan hormon lain yang berperan dalam emosi dan perilaku kita, tapi Kakak rasa informasi di atas sudah cukup dulu ya. Selamat belajar dan bermain!
Sumber gambar: https://en.wikipedia.org
*Agnes Sianipar meraih gelar sarjana dan master di bidang Psikologi dan doktoral di bidang Neurosains Kognitif. Saat ini bekerja sebagai dosen di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan meneliti masalah emosi dan bahasa.