Oleh: Irwan Meilano* (Ahli Geodesi)
I. Pertama akan dijelaskan apakah peta itu. Adik-adik mestinya sudah sering melihat peta dunia dalam pelajaran IPS. Biasanya peta memang dicetak di atas kertas. Titik-titik atau garis-garis yang ada di peta tersebut mencerminkan lokasi, batas, kota, sungai, yang sebenarnya. Obyek-obyek itu digambarkan di atas kertas dengan skala tertentu sehingga bisa dilihat di atas meja atau di manapun yang adik-adik mau.
Saat ini, selain peta dalam dua dimensi, seperti peta yang adik-adik miliki, ada pula peta dalam tiga dimensi. Dua jenis peta itu bisa adik-adik lihat di situs Google Maps. Mintalah tolong pada ayah, ibu atau kakak untuk menyalakan komputer dan sambungan internetnya. Gambar berikut adalah contoh peta.
Gambar 1. Contoh peta dunia (dari situs Duta Ilmu)
Ada banyak sekali jenis peta, bergantung pada tujuannya, misalnya:
a. Peta jalan. Peta ini sering dipakai untuk alat GPS yang dipasang di mobil.
b. Peta topografi. Peta ini memperlihatkan garis-garis ketinggian bentang alam.
c. Peta geologi. Peta ini memperlihatkan informasi bebatuan.
d. dan lain-lain.
II. Kedua, kakak ceritakan sedikit tentang sejarah peta ya. Bangsa Yunani pertama kali membuat peta dunia pada abad ke-6. Kemudian pada abad ke-10, seseorang bernama Al-Idrisi dari Maroko membuat peta dunia secara lengkap (lihat Gambar 2).
Saat itu membuat peta adalah pekerjaan yang sangat berbahaya, karena para ahli peta jaman ini orang harus menempuh perjalanan darat dan laut untuk membuat peta dunia. Tetapi kini dengan kemajuan teknologi memetakan daratan dan lautan sudah bisa menggunakan teknologi satelit.
Gambar 2. Potongan peta dunia buatan Al-Idrisi (dari Wikipedia)
III. Nah, sekarang siapa yang membuat peta. Orang yang merancang atau membuat peta disebut dengan kartografer atau ahli kartografi. Seorang ahli kartografi harus memiliki pengetahuan terkait ilmu alam, matematika, geografi, menggambar dan desain warna. Dengan kemampuan ini maka ahli kartografi bisa mengambarkan apa yang terlihat di alam dalam bentuk simbol serta hubungan geografis diantaranya.
Pada awalnya manusia membuat peta hanya dengan melihat bentang alam sebagai penandanya, misalnya gunung, sungai, hutan, dan lain-lain. Kemudian peta yang dibuat dirasakan terlalu kecil, sementara jaman dahulu banyak sekali orang yang ingin menjadi penjelajah atau pengarung samudra.
Adik-adik ingat Colombus atau Marcopolo ‘kan? Jangan lupakan juga pelaut asal Indonesia, seperti Laksamana Malahayati. Para pengarung samudera ini juga memerlukan peta. Ilmu membuat peta bertambah canggih dengan memanfaatkan benda-benda langit, seperti bintang, Matahari, dan Bulan.
Tidak puas dengan itu semua, para ahli peta terus memutar otak, maka diciptakanlah alat-alat seperti Quadrant (lihat Gambar 3), kompas, dan lain-lain. Alat yang terdiri dari jarum dan angka-angka derajat. Jarum itu akan selalu menunjukkan arah utara dan selatan.
Kemudian seperti yang telah diceritakan di awal tadi, saat ini teknologi satelit telah berkembang pesat. Satelit penentu posisi atau disingkat GPS (Global Positioning System) telah banyak mengorbit di antariksa. Saat ini orang-orang yang bekerja di lapangan, seperti ahli peta, ahli geodesi, ahli geologi, tinggal membawa alat penerima sinyal GPS sebesar telepon genggam. Dengan alat itu, mereka bisa selalu mengetahui posisinya di lapangan.
Gambar 3. Alat bernama Quadrant (dari situs Old maps, expedition, and exploration). Ahli kartografi jaman dulu menentukan posisi dengan alat ini. Berbagai alat lainnya, seperti sextant atau backstaff dapat dilihat di situs Nautical Navigation
IV. Saat ini, ilmu yang mempelajari mengenai pembuatan peta adalah ilmu geodesi. Bidang ini selalu menarik buat kakak, karena memerlukan pengetahuan matematika dan geografi yang baik. Ilmu ini juga membuat kita sering jalan-jalan loh.
Prinsipnya para ahli geodesi menentukan posisi satu titik dengan bantuan alat teodolit (lihat Gambar 4). Saat ini alat penerima GPS juga sudah menjadi standar untuk para ahli geodesi. Setelah mengetahui posisi satu titik, mereka akan pindah ke titik lain. Bila titik-titik tersebut digabungkan maka jadilah peta. Untuk lebih memastikan hasilnya, pengukuran di lapangan akan dibandingkan dengan pengukuran dari alat GPS (lihat Gambar 5).
Gambar 4. Beginilah caranya kakak-kakak mahasiswa yang belajar Ilmu/Teknik Geodesi mengukur posisi (dari situs Kemah Kerja Teknik Geodesi ITB).
Gambar 5. Beginilah caranya sinyal dari satelit GPS bisa sampai ke alat penerima GPS (dari situs Canadian Coast Guard). Untuk mengurangi kesalahan, posisi kita ditentukan dengan sinyal dari sekurang-kurangnya tiga satelit GPS.
Demikian adik-adik, semoga sudah jelas ya, apa itu peta dan siapa yang membuat peta. Bila masih ada yang kurang jelas bisa meninggalkan komentar di bagian bawah halaman ini. Belajar yang rajin ya! (/DEI)
Sumber gambar:
3. http://mitchtestone.blogspot.com
*Irwan Meilano meraih gelar Sarjana Teknik Geodesi dari Institut Teknologi Bandung pada tahun 1997 dan kemudian menjadi dosen di Departemen Teknik Geodesi ITB. Ia melanjutkan studi di Nagoya University, Jepang, dan meraih gelar doktor pada tahun 2006. Bidang yang ditekuninya saat ini adalah Mitigasi Bencana Alam.
Kak, siapa penemu peta indonesia ya?
bagus untuk pemula
Alhamdulillah semoga sukses selalu ya…bagi yang mendesing peta,dan semoga bisa membangun masjid lagi ya. Amin ya rabbal allamin……