Oleh: E. Sungging Mumpuni* (Astronom)
Adakah di antara Adik-adik yang memperhatikan kalender tahun 2020? Di tahun 2020 ini, bulan Februari berakhir pada tanggal 29. Ya, berbeda dengan di tahun 2019; ketika itu bulan Februari hanya berjumlah 28 hari.
Tahun 2020 dengan 29 hari di bulan Februari disebut sebagai tahun Kabisat. Apa itu tahun kabisat? Mengapa bisa begitu?
Tahun kabisat dalam kalender Masehi adalah tahun dengan 366 hari dalam setahun. Panjang tahun Masehi biasanya adalah 365 hari. Kelebihan satu hari, yaitu tanggal 29 Februari, hanya terjadi di setiap tahun kabisat. Sebagai contoh tahun 2020 ini disebut tahun kabisat, dan jumlah hari dalam bulan Februari adalah 29 hari.
Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Hitungan kabisat muncul berdasarkan pada ilmu Astronomi, ketika kita menyadari bahwa satu periode Bumi mengitari Matahari sama dengan 364,2422 hari.
Nah, satu tahun kalender dinyatakan sebagai satu periode Bumi mengitari Matahari dalam lintasannya dari titik yang sama ke titik yang sama, dan itu ditetapkan sama dengan 365 hari.
Akibatnya, ada fraksi pecahan sebesar 0,2422 hari antara patokan kalender dan kenyataan Bumi mengitari Matahari. Apabila tidak dilakukan koreksi, maka kalender Masehi tidak akan bisa dipergunakan sebagai patokan yang tetap. Oleh karena itu, perlu ada koreksi dalam sistem kalender.
Berdasarkan ilmu Astronomi dan pengetahuan Matematika, koreksi dilakukan agar kalender Masehi selalu bersesuaian dengan kenyataan Bumi mengitari Matahari. Caranya adalah mengumpulkan fraksi pecahan tersebut, dan apabila pecahan tersebut telah terkumpul dalam jumlah satu hari, maka satu hari tersebut ditambahkan ke dalam satu tahun tertentu, yang disebut sebagai tahun kabisat.
Jadi tahun kabisat adalah tahun untuk mengoreksi kalender, sehingga perubahan kalender akan selalu bersesuaian dengan peredaran Bumi mengitari Matahari.
Bagaimana cara menghitung kalender kabisat? Berikut adalah ketentuan matematika-nya:
1. Hitunglah apakah tahun tersebut habis dibagi 4? Jika tidak, maka tahun tersebut bukan tahun kabisat. Jika ya, lanjutkan dengan syarat nomor 2.
2. Apakah tahun tersebut habis dibagi 100? Jika tidak, maka tahun tersebut adalah tahun kabisat. Jika ya, lanjutkan dengan syarat nomor 3.
3. Apakah tahun tersebut habis dibagi 400? Jika tidak, maka tahun tersebut bukan tahun kabisat. Jika ya, maka tahun tersebut adalah tahun kabisat.
Sebagai contoh, 2019 : 4 = 504,75. Jadi 2019 bukan tahun kabisat. Sementara itu, 2020 : 4 = 505 dan 2020 : 100 = 20,2. Jadi, 2020 adalah tahun kabisat.
Contoh lainnya, 2100 : 4 = 525, 2100 : 100 = 21. Apakah tahun 2100 tahun kabisat? Kita periksa syarat nomor 3. Karena 2100 : 400 = 5,25, maka 2100 bukan tahun kabisat.
Dengan mengikuti ketentuan di atas, Adik-adik bisa menentukan sendiri kapan tahun kabisat berikutnya akan terjadi. Mudah bukan?
Sumber gambar: https://www.flickr.com/photos/doneastwest/2178835454
*E. Sungging Mumpuni meraih gelar doktor dalam bidang Astronomi dari Institut Teknologi Bandung pada tahun 2015. Ia bekerja sebagai peneliti di LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) dan tercatat sebagai anggota Himpunan Fisika Indonesia, khususnya dalam bidang Astronomi dan Sains Antariksa.