Oleh: A. Gunawan Admiranto* (Peneliti Fisika Matahari)
Galileo Galilei (1564-1642) adalah seorang pria asal Italia yang bisa dianggap sebagai pelopor astronomi pengamatan, fisika modern, dan ilmu pengetahuan modern. Ia adalah orang pertama yang menggunakan teropong untuk melakukan pengamatan astronomi dan berhasil mengamati satelit-satelit besar Jupiter (Io, Ganymede, Callisto, dan Europa) sehingga satelit-satelit itu diberi nama satelit galilean. Ia juga adalah orang pertama yang menemukan fase-fase Venus, melakukan analisis bintik Matahari, dan melakukan beberapa eksperimen dalam bidang mekanika dan bidang yang sekarang dikenal sebagai ilmu kekuatan bahan. Salah satu sumbangan terbesar Galileo adalah pandangannya bahwa hukum-hukum alam bisa dipahami melalui matematika.
Pada tahun 1543 buku karya Copernicus yang berjudul De Revolutionibus Orbium Coelestium terbit dan menarik perhatian banyak cendekiawan Eropa saat itu, termasuk Galileo. Pada saat itu Gereja Katolik masih menganut paham bahwa Bumi adalah pusat alam semesta dan belum bisa menerima bahwa Bumi bergerak mengitari Matahari karena belum ada bukti empiris bahwa hal ini yang sebenarnya berlaku. Ketika Galileo mengungkapkan dukungannya terhadap pandangan Copernicus ini, ia diminta menarik dukungannya oleh pengadilan Inkuisisi, mungkin karena ia dianggap cukup berpengaruh di dalam masyarakat intelektual Italia saat itu. Oleh pengadilan Inkuisisi ia dihukum untuk secara formal menarik dukungan terhadap Teori Heliosentrisme dan kemudian ia dikenakan tahanan rumah sampai akhir usianya. Selain itu, semua tulisannya dilarang untuk diterbitkan.
Sebenarnya Galileo merupakan korban dari situasi politik yang sedang berlangsung pada saat itu, di mana gelombang Reformasi sedang berlangsung dan ia dianggap terlalu jauh melakukan penafsiran pada Alkitab yang bisa mengarah ke protestanisme (sebenarnya pelanggaran ini yang oleh Gereja Katolik dianggap lebih serius daripada dukungannya terhadap heliosentrisme). Beberapa abad kemudian, Gereja Katolik akhirnya merehabilitasi nama Galileo dan pada satu kesempatan di tahun 1992 Paus Yohanes Paulus II mengakui bahwa Gereja Katolik melakukan kesalahan dalam menangani persoalan Galileo pada waktu itu.
Heliosentrisme itu sendiri pertama kali diusulkan oleh Aristarchus dari Samos pada abad ke-3 SM. Pandangan ini berpendapat bahwa Matahari adalah pusat Tata Surya, berbeda dengan pandangan geosentrisme yang menganggap Bumi sebagai pusat alam semesta. Pandangan geosentrisme didukung oleh Ptolomeus pada abad ke-2 M dan terus bertahan selama lebih dari seribu tahun. Ptolomeus menempatkan Bumi sebagai pusat dalam upayanya menjelaskan pergerakan benda-benda langit, dengan menggunakan geometri dan matematika yang rumit.
Kemudian muncullah Copernicus yang mempertanyakan pandangan geosentrisme. Ia berpendapat bahwa rasanya tidak mungkin Tuhan menciptakan alam semesta sedemikian rumit. Untuk itu ia mengusulkan bahwa yang menjadi pusat Tata Surya adalah Matahari dan ternyata hal itu sangat menyederhanakan persoalan. Meskipun demikian, pandangan Copernicus ini tidak serta-merta diterima masyarakat ilmiah pada zamannya. Hal ini pulalah yang kemudian menyebabkan Galileo dihukum karena telah mendukung hipotesis Copernicus.
Sumber gambar: http://astronomytrek.com
*A. Gunawan Admiranto menempuh pendidikan SD hingga SMP di Wonosobo dan SMA di Yogyakarta. Selepas SMA ia melanjutkan studi di Program Studi Astronomi, Institut Teknologi Bandung, dan sekarang ia bekerja di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) sebagai peneliti Fisika Matahari. Kontribusinya dalam pemopuleran sains, khususnya Astronomi, diwujudkan dalam beberapa buku, yaitu Menjelajahi Tata Surya (2009), Menjelajahi Bintang, Galaksi, dan Alam Semesta (2009), dan Kiamat 2012: Omong Kosong! (2009).