Oleh: Emmy Suparka* (Geolog)
Pulau Flores merupakan bagian dari gugusan Kepulauan Nusa Tenggara. Coba lihat gambar di bawah ini. Adik-adik bisa melihat bahwa kepulauan Nusa Tenggara memanjang dari barat ke timur. Pulau-pulau dalam gugusan kepulauan ini muncul dari bawah laut jutaan tahun yang lalu. Bagaimana terjadinya? Kita lihat penjelasan di bawah ini.
Apakah tektonik lempeng itu?
Adik-adik, pengetahuan ini akan diajarkan lebih banyak nanti di kelas VII s/d IX. Tapi sebelum menjawab pertanyaan utama, kami jelaskan mengenai tektonik lempeng terlebih dahulu. Jadi adik-adik bisa belajar lebih awal.
Sambil membaca halaman ini, kita akan buat percobaan kecil. Panggil seorang kawan, dan ambil:
- dua buah buku tulis biasa yang sama ketebalannya (tapi jangan terlalu tebal ya). Adik-adik juga bisa menggunakan buku bacaan, tidak harus buku tulis.
- satu buah buku lain yang lebih tebal.
Sekarang coba dorong dua pasang buku tulis yang sama ketebalannya (no. 1) berlawanan arah hingga satu sama lain bertabrakan. Sisi yang bertabrakan adalah sisi yang dijilid ya.
Sekarang terus dorong dua buku tersebut. Lihat apa yang terjadi pada sisi yang bertabrakan? Apakah sama-sama naik atau ada yang menyusup ke bawah. Kalau buku yang digunakan benar-benar sama ketebalan dan bahannya, maka semestinya akan sama-sama naik. Tugas adik-adik adalah menahan posisi dua buku tersebut dan tugas kawan yang menemani adalah memotret posisi buku tersebut.
Kemudian ulangi percobaan tersebut dengan dua buku yang beda ketebalannya. Kalau berhasil maka mestinya buku yang lebih tebal atau lebih berat akan berada di bawah, dan buku yang lebih tipis akan berada di atasnya.
Begitulah kira-kira yang terjadi dengan kulit bumi. Lapisan yang bernama lempeng (atau plate dalam Bahasa Inggris) saling bergerak satu sama lain. Ada yang mendekat hingga bertabrakan, ada pula yang menjauh. Dalam kasus Pulau Flores adalah lempeng-lempeng bertumbukan.
Tumbukan lempeng di Pulau Flores
Setelah melakukan percobaan di atas, sekarang kami mencoba menjelaskan sejarah geologi Pulau Flores. Mengapa geologi? Karena ilmu geologi dapat menjelaskan mengapa bentang alam Pulau Flores berbukit-bukit. Bukit-bukit itu akan lebih terlihat kalau adik-adik melihatnya dengan bantuan situs Google Maps seperti gambar di bawah ini.
Kemudian coba lihat peta yang lain di bawah ini. Peta ini dipinjam dari situs milik Bapak Rovicky. Beliau saat ini menjabat sebagai Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI).
Dalam peta di atas dapat dilihat ada garis bergigi yang melintang dari barat ke timur. Garis tersebut menggambarkan posisi tumbukan antara Lempeng Sunda dan Australia. Lempeng Sunda ini adalah bagian dari Lempeng Benua Asia yang lebih besar. Kapan tumbukan ini terjadi? Tumbukan itu terjadi berjuta-juta tahun yang lalu. Kejadian ini bisa digambarkan dengan umur batuan di Flores yang berumur ~25 juta tahun yang lalu. Umur itu didapat setelah para ahli geologi menghitung konsentrasi isotop yang ada dalam batuan. Tumbukan antara dua lempeng itu menyebabkan tepian lempeng ada yang naik dan membentuk bukit-bukit dan gunung-gunung. Ingat percobaan kita tentang buku sebelumnya.
Gunung api di Flores
Karena berada pada tepian dua lempeng yang saling bertumbukan, maka gunung-gunung di Flores adalah gunung api aktif. Berdasarkan informasi di situs Volcanological Survey Indonesia, beberapa gunung di Flores antara lain adalah:
- Gunung Egon, yang tingginya 1.703 meter di atas permukaan laut (mdpl), terakhir meletus pada tahun 1932.
- Gunung Anak Ranakah (2.247 mdpl), terakhir meletus pada tahun 1987.
- Gunung Lewotobi-Laki (1.548 mdpl), terakhir meletus di tahun 2003.
- Gunung Lewotobi-Perempuan (1.703 mdpl).
Empat gunung api di atas merupakan bagian dari 20 buah gunung api di sekitar Flores. Gunung-gunung ini merupakan generasi terakhir yang terbentuk pada kisaran 45 hingga 450 juta tahun yang lalu. Dengan banyaknya gunung api aktif, maka kawasan Flores memiliki potensi energi panas bumi (geotermal). (/DEI)
Sumber gambar:
2. http://rovicky.wordpress.com
*Emmy Suparka adalah Guru Besar pada Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung. Ia merupakan perempuan pertama yang diangkat sebagai Guru Besar dalam bidang geologi di Indonesia dan dalam bidang teknik di ITB. Saat ini ia menjabat sebagai anggota Senat Akademik ITB.
terima kasih atas infonya