Oleh: E. Sungging Mumpuni* (Astronom)
Adik-adik tahu kan bahwa Bulan mengitari Bumi dan pada saat yang sama Bumi mengitari Matahari. Nah, dalam pergerakannya, ada saatnya Bulan berada di antara Bumi dan Matahari. Itu terjadi pada fase “Bulan Baru”, yang biasanya terjadi pada akhir bulan atau awal bulan dalam kalender bulan (seperti kalender Hijriah).
Akan tetapi, gerhana Matahari tidak terjadi setiap Bulan Baru, karena bidang orbit Bulan terhadap Bumi tidak berimpit dengan bidang orbit Bumi terhadap Matahari. Gerhana Matahari hanya akan terjadi ketika posisi Bulan-Bumi-Matahari berada pada satu garis lurus. Pada saat itulah Bulan menghalangi cahaya dari Matahari ke Bumi.
Paling tidak dalam setahun ada dua kejadian gerhana Matahari, hanya saja yang seringkali terjadi adalah gerhana sebagian. Gerhana Matahari Total terjadi kira-kira setiap 18 bulan sekali, di suatu tempat tertentu di permukaan Bumi (kadang di atas samudera).
Diameter Matahari 400 kali lebih besar daripada diameter Bulan, dan jarak Bumi-Matahari 400 kali lebih jauh dibanding jarak Bumi-Bulan. Pada saat Gerhana Matahari Total, kombinasi kedua hal tadi menyebabkan permukaan piringan Bulan tampak seolah-olah sama besarnya dengan piringan Matahari. Tetapi, bayangan yang terbentuk di permukaan Bumi sangat sempit, sehingga jejak totalitas yang terjadi di permukaan Bumi hanya mempunyai diameter maksimum sekitar 267 km, dan paling lama berlangsung sekitar 7 menit.
Pada periode siklus revolusi Bulan, ada kalanya sudut bidang orbit Bumi-Bulan sangat rendah, hampir berimpit dengan bidang orbit Bumi-Matahari. Karena itu bisa saja dalam setahun terjadi lebih dari dua kali gerhana Matahari, tetapi itu jarang sekali terjadi.
Semenjak kalender Gregorian diperkenalkan, tercatat ada sedikit sekali gerhana Matahari yang terjadi sampai lima kali dalam setahun, yaitu tahun 1693, 1785, 1805, 1823, 1870, 1935, dan berikutnya pada 2206. Umumnya ada 240 gerhana Matahari dalam seabad, dan gerhana Matahari dapat terulang di posisi yang sama di permukaan Bumi dalam kurun waktu 375 tahun.
[Catatan dari editor: Pada tanggal 9 Maret 2016, Gerhana Matahari Total akan terjadi di atas wilayah Indonesia. Adik-adik bisa melihat kejadian langka ini dengan menggunakan kacamata gerhana atau kamera lubang jarum http://www.indoberita.com/2016/03/43069/video-cara-membuat-proyektor-lubang-jarum-alat-sederhana-untuk-melihat-gerhana-matahari-total/.]Sumber gambar:
*E. Sungging Mumpuni meraih gelar doktor dalam bidang Astronomi dari Institut Teknologi Bandung pada tahun 2015. Ia bekerja sebagai peneliti di LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) dan tercatat sebagai anggota Himpunan Fisika Indonesia, khususnya dalam bidang Astronomi dan Sains Antariksa.
Info yang bermanfaat…. trims
Kenapa pola gerhananya koq berbelok belok, tidak memutar bumi dengan lurus? Emangnya perputaran bumi terhadap matahari tidak beraturan sehingga polanya jd zigzag begitu?, lol