Oleh: Emanuel Sungging Mumpuni* (Mahasiswa Program Doktor Astronomi)
Kalender adalah penunjuk waktu, yang disusun dalam bentuk lajur-lajur dengan aturan tertentu. Sebagai penunjuk, maka haruslah ada patokan yang bisa diukur, sehingga bisa diikuti aturannya. Sebagai contoh, patokan waktu yang bisa kita ukur adalah jam: jam dibagi menjadi menit, dan setiap menit tersusun atas satuan detik.
Patokan waktu kalender adalah tahun, dan setiap tahun ditandai dengan angka (tahun ini adalah tahun 2014 dalam kalender Masehi), yang dibagi menjadi bulan. Setiap bulan terbagi menjadi hari-hari yang berulang dalam urutan tertentu, disebut sebagai minggu. Cara kerja semua sistem kalender adalah sama, mengikuti patokan-patokan tertentu tersebut. Nah, perbedaannya terletak pada cara kita mengukur patokan tersebut.
Kalender Masehi didasarkan pada pergerakan Bumi mengitari Matahari. Satu tahun kalender Masehi adalah satu siklus Bumi mengitari Matahari, selama 365,25 hari panjangnya, yang kemudian dibagi menjadi 12 bulan. Satu hari ditandai dari terbit Matahari sampai tenggelamnya.
Dalam perjalanan seiring waktu, ternyata Matahari tidaklah berada pada lintasan yang tetap di langit, akan tetapi ada kalanya lintasannya lebih condong ke Utara, di waktu yang lain condong ke Selatan, akibatnya terjadi perubahan musim, yaitu musim Panas-Gugur-Dingin-Semi.
Seiring perkembangan peradaban, saat ini sistem kalender Masehi tidak lagi didasarkan semata-mata pada pengamatan Matahari, melainkan pada perhitungan matematika yang akurat.
Kalender Hijriah didasarkan pada siklus Bulan mengelilingi Bumi, dan satu siklus tersebut disebut sebagai satu bulan. Awal siklus ditandai dengan penampakan hilal, yaitu bulan sabit terkecil yang dapat dicerap secara visual. Satu bulan dalam kalender Hijriah terdiri dari 29-30 hari. Satu tahun dalam kalender Hijriah adalah dua belas siklus sinodis bulan, yaitu 354 hari 8 jam 48 menit 36 detik. Hal tersebut menyebabkan kalender Hijriah lebih pendek sekitar 11 hari dibandingkan dengan kalender Masehi.
Kalender China merupakan kombinasi dari sistem kalender Bulan dan kalender Matahari. Siklus Bulan mengelilingi Bumi dipakai sebagai patokan waktu bulanan, tetapi untuk skala tahunan siklus Bumi mengitari Matahari juga diperhitungkan untuk menjaga kesesuaian kalender dengan musim.
Sumber gambar: http://bestclipartblog.com
*Emanuel Sungging Mumpuni adalah kandidat doktor dalam bidang Astronomi, Institut Teknologi Bandung. Ia dikenal pula sebagai penulis dan peneliti di LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) dan Himpunan Fisika Indonesia, khususnya dalam bidang Astronomi dan Sains Antariksa.