Oleh: Zadrach L. Dupe* (Pakar Klimatologi)
Adik-adik, untuk mengetahui mengapa awan yang berisi banyak titik-titik air tidak jatuh, kita perlu tahu proses pembentukan awan terlebih dahulu. Ketika udara dipanaskan, yaitu saat hari panas, udara akan menjadi ringan dan naik ke atas. Udara selalu mengandung uap air, tetapi berbeda-beda kadarnya. Udara di Indonesia umumnya memiliki kadar air yang tinggi, berbeda dengan udara di padang gurun yang kadar airnya sangat kecil walau tetap ada.
Ketika banyak udara yang naik, akan timbul gaya yang arahnya ke atas. Udara yang mengandung uap air akan membawa uap air tersebut ke langit. Udara yang naik tadi akan mulai mendingin, dan ketika mencapai titik embun, uap air yang ada di dalam udara itu akan keluar sebagai titik air yang sangat kecil. Kumpulan titik air ini kemudian membentuk awan.
Selama butiran air di awan tadi masih kecil, gaya gravitasi akan kalah dari gaya ke atas, sehingga awan tersebut akan tetap menggantung di langit. Ketika butiran air semakin banyak dan membesar, gaya gravitasi akan menang dari gaya ke atas, sehingga butiran air akan jatuh sebagai hujan.
Bagaimana dengan awan yang butir airnya tetap kecil? Apakah akan tetap menggantung di langit? Jika gaya ke atas sangat besar, maka awan tersebut tidak bisa mempertahankan ketinggiannya tetapi justru menguap lagi dan naik lebih tinggi. Semakin tinggi, semakin rendah suhunya. Karena itu ada awan yang bukan mengandung uap air, tetapi mengandung es. Awan ini dikenal sebagai awan cirrus. (/DEA)
Sumber gambar: http://www.webweaver.nu
*Zadrach L. Dupe adalah dosen di Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung. Bidang kehaliannya adalah klimatologi. Saat ini ia juga tercatat sebagai anggota Perhimpunan Meteorologi Pertanian Indonesia (PERHIMPI).
Lantas, jika awan tetap naik, kenapa mereka tidak meninggalkan bumi??