Oleh: Dennis Kwaria* (Kimiawan Organik)
Halo Syifa.. Pertama-tama Kakak ingin menyampaikan kalau asam yang lebih kuat tidak selalu berarti lebih korosif, sebab kekuatan asam dan sifat korosif zat adalah dua hal yang berbeda.
Kekuatan asam sebetulnya menunjukkan seberapa banyak zat asam yang terurai menjadi H+ dan anionnya. Kalau 100% (atau mendekati), maka ia asam kuat. Istilah asam lemah dipakai kalau hanya sebagian kecil dari asam tersebut yang terurai menjadi ion-ionnya, salah saunya adalah asam sianida.
Untuk memberi gambaran, misalnya saya memasukkan 1,6 milyar molekul HCl (asam kuat) dalam seember air, maka semuanya akan terurai menjadi H+ dan Cl–. Tetapi bila saya memasukkan 1,6 milyar molekul HCN (asam sianida, asam lemah), hanya akan ditemukan 1 H+ dan CN–. Semakin besar persentase molekul yang terurai, semakin kuat asam tersebut.
Sifat korosif dari asam tidak hanya bergantung pada kekuatan asam. Banyak faktor lain yang berpengaruh, salah satunya adalah sifat kimia dari anion (ion negatif pasangan H+).
Ion CN– adalah ion yang sangat reaktif karena ukurannya kecil dan memiliki kutub negatif pada karbon C, sehingga tidak stabil. Selain itu, ion CN– dapat membentuk kompleks yang stabil dengan logam. Inilah yang menyebabkan sifat korosif dari HCN.
Sifat korosi ini sudah diketahui sejak lama, sehingga CN– digunakan untuk mengambil logam mulia dalam pertambangan, misalnya dalam pertambangan emas, penambang memasukkan bijih emas ke dalam larutan ion sianida untuk “melarutkan” emas. Persamaan reaksinya adalah:
4 Au(s) + 8 CN–(aq) + O2 (g) + 2H2O (l)→ 4 [Au(CN)2]–(aq) + 4 OH–(aq)
[Au(CN)2]– adalah ion kompleks. Kita bisa membayangkan ion kompleks sebagai ion logam yang “dipenjara” oleh molekul lain, dalam hal ini CN–. Bentuk “penjara“ ini lebih jelas pada aplikasi sianida yang lain, yaitu cat biru prussia. Cat ini mengandung ion ferrosianat, yang merupakan satu ion besi dipenjara oleh 6 ion sianida.Gambar 1. Pigmen biru Prussia – www.prussianblue.in
Gambar 2. Ion ferosianida dalam 3D. Besi (merah) “dipenjara” 6 ion sianida (abu dan biru) dari posisi depan-belakang, kiri-kanan, serta atas-bawah. [Gambar digital dengan Chem3D 12.0]
Meskipun asam sianida juga merupakan sumber ion sianida yang bisa melarutkan / mengkorosi emas, zat tersebut tidak praktis untuk digunakan. Penyebab pertama adalah sangat sedikit ion CN– yang dihasilkan asam sianida. Penyebab kedua, asam sianida dalam air mudah lepas menjadi gas beracun. Oleh sebab itu, penambang biasanya mengganti asam sianida dengan Natrium Sianida (NaCN) atau Kalium Sianida (KCN).
Kesimpulannya, sifat korosi dari asam sianida bukan disebabkan kekuatan asam, melainkan karena sifat ion sianida yang kecil dan reaktif; serta dapat “mengurung” ion logam menjadi senyawa kompleks.
*Dennis Kwaria adalah seorang kimiawan organik. Ia meraih gelar sarjana dan magister dalam bidang Kimia dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Institut Teknologi Bandung.
Terimakasih banyak, Kak, atas jawabannya. Tapi hanya ingin sedikit mengoreksi, nama saya bukan Aisyah 😀
Maaf, namanya sudah kami betulkan. Salam, AB