Oleh: E. Sungging Mumpuni* (Astronom)
Bagaimana kita mengetahui umur seseorang, bila kita tidak mengetahui tanggal lahirnya? Kita dapat mengamati fisik orang tersebut, lalu memperkirakan umurnya. Contohnya, Kakek yang rambutnya sudah beruban lebih banyak usianya daripada Adik-adik. Dari situ bisa kita simpulkan bahwa Kakek sudah sangat tua.
Demikian juga untuk memperoleh umur Bumi, kita membutuhkan informasi yang bisa menjelaskan seberapa tua Bumi kita. Apabila kita bisa mengenali umur Kakek kita dari informasi yang diamati (misal rambutnya), kita juga memerlukan data pengamatan yang mendukung penjelasan tentang usia Bumi kita.
Informasi dasar apa yang bisa kita peroleh dari Bumi kita? Jawabannya adalah dari batu-batuan yang ada di Bumi. Bila kita bisa menghitung berapa usia batuan yang ada di Bumi, maka kita bisa memperirakan usia Bumi kita. Bagaimana kita mengetahui usia batuan? Caranya dikenal sebagai radiometric dating (penanggalan radiometri).
Apa itu penanggalan radiometri? Semua materi di alam tidaklah dalam keadaan tetap secara permanen, tetapi mengalami perubahan seiring waktu. Perubahan ini terjadi karena atom berubah seiring waktu dan dapat menjadi unsur yang berbeda. Materi yang berubah tersebut disebut sebagai isotop radioaktif, atau radioisotop. Laju perubahannya terhadap waktu disebut sebagai waktu luruh, dan dari perhitungan waktu luruh tersebut lah dapat ditentukan usia batuan. Dari informasi usia batuan tersebut, usia Bumi dapat ditentukan.
Berdasarkan informasi tersebut, maka perlu dicari batu-batuan yang dianggap tertua di Bumi. Para ahli geologi mempelajari berbagai macam batuan di seluruh penjuru dunia. Dari kajian mereka di berbagai benua, batuan tertua yang dipelajari telah berusia lebih dari 3,5 milyar tahun. Artinya umur Bumi telah lebih dari 3,5 milyar tahun. Tetapi, dari ilmu gelologi kita juga tahu bahwa batuan di Bumi senantiasa berubah karena adanya proses daur ulang dan penghancuran dari proses lempeng tektonis Bumi. Oleh karena itu, perlu dicari sumber batuan tua yang dianggap masih murni. Dari mana diperoleh?
Dari ilmu astronomi, diketahui bahwa Bumi terbentuk bersamaan dengan kelahiran Tata Surya, artinya umur Bumi akan sama dengan umur Tata Surya kita. Bagaimana kita mengetahui umur Tata Surya? Tentunya dengan cara yang sama, tapi sumber batunya bukanlah yang berasal dari Bumi. Setiap saat kita dihujani oleh meteorid dari langit, dan itu merupakan sumber informasi akan batuan dari Tata Surya kita yang tidak mengalami perubahan proses di Bumi. Demikian juga, manusia telah berhasil terbang ke Bulan dan mengambil sejumlah contoh batuan.
Maka, dengan mempelajari batuan yang diperoleh dari meteorit dan membandingkannya dengan batuan dari Bulan, ternyata diperoleh bahwa batuan dari Tata Surya tersebut berusia sekitar 4,5 milyar tahun. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa usia Bumi telah mencapai 4,5 milyar tahun.
Sumber gambar: http://solarviews.com
*E. Sungging Mumpuni meraih gelar doktor dalam bidang Astronomi dari Institut Teknologi Bandung pada tahun 2015. Ia bekerja sebagai peneliti di LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) dan tercatat sebagai anggota Himpunan Fisika Indonesia, khususnya dalam bidang Astronomi dan Sains Antariksa.