Oleh: Gustaff H. Iskandar (Seniman, Pengelola “Common Room“)
Bagaimana caranya orang mencipta lagu, senandung, ataupun musik instrumental mungkin bermacam-macam. Seringnya para seniman, entah itu musisi atau penggubah lagu mendapat inspirasi dari dunia pengalaman sehari-hari. Selain itu ada juga yang mendapat inspirasi dari karya musik yang diciptakan oleh para pendahulu, dongeng, ataupun karya sastra; entah itu puisi, novel, atau cerita rakyat. Ada yang mencipta lagu karena jatuh cinta, merasa gembira, dirundung kesedihan, atau misalkan hanya karena melihat daun yang berguguran. Alunan perasaan dan imajinasi yang dicurahkan ke dalam komposisi musik dan lagu biasanya adalah apa yang terlintas di dalam benak, imajinasi ataupun perasaan yang terdalam.
Ludwig van Beethoven, seorang penggubah musik yang lahir pada 16 Desember 1770 di Kota Bonn, Jerman. Ia adalah seorang pencipta musik yang jenius walaupun sejak kecil secara perlahan kehilangan pendengaran sampai akhirnya tak mampu mendengar suara pada umur 26 tahun. Konon ia dapat menggubah musik bahkan dari pola ketukan yang berasal dari deritan suara pintu.1
Selain lagu tentang cinta, kegembiraan, kesedihan, dan keindahan alam, ada juga yang menggubah lagu dengan inspirasi yang berasal dari cerita kepahlawanan, semangat kebangsaan, dan sebagainya. Ada gubahan musik yang berupa komposisi instrumen atau sumber bebunyian tanpa lirik sama sekali. Ada juga komposisi musik yang dimainkan untuk mengiringi pembacaan puisi. Selain itu ada juga komposisi musik dan bebunyian yang digubah secara langsung dalam bentuk improvisasi bebas dan spontan di dalam sebuah pertunjukan. Selain untuk diperdengarkan, ada banyak karya musik yang diciptakan khusus untuk pertunjukan tari, teater, opera, ataupun film.
Contoh notasi musik dari bagian awal lagu “An der schönen blauen Donau” yang disederhanakan.2
Kebanyakan komposisi musik memiliki lantunan nada, ketukan, ritme, serta melodi. Saat mencipta lagu ataupun menggubah komposisi musik, orang sering menuliskannya ke dalam catatan agar mudah diingat. Seringnya seorang penggubah lagu menuliskan komposisi musik yang mereka ciptakan ke dalam notasi yang berisi petunjuk tanda nada, tempo, serta dinamika. Selain itu ada juga yang langsung menggunakan alat perekam agar bisa mengingat irama ataupun lirik lagu yang diciptakan.
Selain untuk mengingat, catatan ataupun rekaman ini mempunyai fungsi sangat penting apabila musik yang diciptakan akan digubah ulang ataupun akan dimainkan bersama dengan musisi lain. Notasi musik juga kerap diperbanyak agar dapat disebarkan sehingga orang lain dapat mempelajari serta memainkan musik yang dicipta oleh para musisi dan seniman yang bersangkutan.
The Tielman Brothers, kelompok musik rock ‘n’ roll asal Indonesia yang terkenal di Eropa pada tahun 1960-an. Selain kemampuan yang luar biasa dalam memainkan instrumen, para personil The Tielman Brothers juga memiliki aksi panggung yang sangat unik pada zamannya. (Tautan youtube: http://youtu.be/wKvlSlXl8c8) 3
Kebanyakan dari pencipta lagu biasanya menguasai pengetahuan bermusik. Entah itu pengetahuan tentang nada, komposisi, wawasan musik, ataupun keahlian untuk memainkan instrumen serta mencipta bebunyian dari alat musik ataupun benda sehari-hari. Banyak juga pencipta lagu yang pandai menggubah lirik serta memiliki pengetahuan lain yang berhubungan dengan seni. Belakangan banyak juga seniman dan musisi yang pandai menggunakan software dan komputer untuk menggubah lagu. Akibat dari perkembangan teknologi, saat ini ada banyak sekali cara menggubah dan memainkan musik. Selain itu perkembangan teknologi juga mempengaruhi cara menikmati musik.
Segala pengetahuan ini sangat membantu untuk mencurahkan segala perasaan dan imajinasi yang terbayangkan ke dalam gubahan lirik lagu, komposisi musik, ataupun bebunyian. Proses mencipta komposisi musik bisa sangat lama ataupun terjadi begitu saja secara spontan. Meski setiap orang punya cara dan pengalaman sendiri dalam mencipta, kegiatan menggubah lagu serta komposisi musik adalah momen yang menyenangkan sekaligus menantang. Ada kegembiraan yang biasanya terasa ketika kita berhasil menggubah sebuah lagu atau komposisi musik yang kita inginkan. Selain itu karya musik juga bisa melahirkan sensasi dan kesan tersendiri bagi khalayak yang mendengarnya.
Christian Fennesz, seorang seniman musik yang dilahirkan pada 25 Desember 1962 di Austria. Ia dikenal sebagai seniman yang kerap menggubah komposisi musik dengan macam-macam lapisan bebunyian yang dihasilkan dari penggunaan synthesizer, komputer, serta gitar akustik atau elektrik. (Tautan youtube: http://youtu.be/YXHhHhgM72g) 4
Seorang pencipta lagu, musisi, ataupun kelompok musik biasanya merasa senang bila karya yang mereka ciptakan bisa dinikmati oleh orang banyak. Ada karya musik yang langsung dipertontonkan di depan khalayak ramai, ada juga yang hanya bisa dinikmati oleh sedikit orang saja. Ada juga karya musik yang dimainkan khusus untuk pertunjukan tari atau teater. Selain itu karya musik atau komposisi bebunyian juga biasanya bisa direkam dan disebarkan dalam bentuk piringan hitam, kaset, ataupun CD. Saat ini banyak juga seniman dan musisi yang menyebarkan karya mereka melalui internet dalam bentuk data digital. Lagu dan musik yang disebarkan melalui internet biasanya dikemas dalam bentuk data audio ataupun video.
Selain itu ada juga yang melakukan pertunjukan dalam bentuk live streaming sehingga dapat disaksikan oleh orang-orang di seluruh dunia secara langsung. Selain ekspresi yang bersifat personal, karya musik juga dapat menjadi produk industri ataupun media komunikasi. Setiap seniman maupun penggubah lagu biasanya punya pandangan dan pendapat yang khusus untuk setiap musik yang mereka ciptakan. Namun begitu ada banyak orang yang berpendapat bahwa karya musik adalah bahasa ekspresi yang sifatnya universal. Karena semua orang pada dasarnya dapat mendengar bebunyian, musik kemudian menjadi bahasa ekspresi yang mudah dimengerti oleh banyak orang di berbagai penjuru dunia.
Sumber gambar:
1. Wikipedia: Ludwig van Beethoven
2. Wikipedia: Notasi Musik
3. Wikimedia: The Tielman Brothers
4. Discorder Magazine: Christian Fennesz