Oleh: Avivah Yamani* (Astronom & Pendiri “Langitselatan.com“)
Selama ratusan tahun para ilmuwan sudah menduga kalau ada planet di (sekitar) bintang lain. Maka mereka pun mencari cara untuk bisa menemukan planet di bintang-bintang lain. Tidak mudah memang. Keluarlah dan lihatlah ke langit saat siang dan malam hari. Satu-satunya bintang yang tampak besar adalah Matahari, sedangkan bintang lain hanya titik di langit malam. Padahal planet itu ukurannya jauh lebih kecil dari bintang. Seperti bola basket dan kelereng. Jadi kalau bintang yang besar saja tampak seperti titik, bagaimana dengan planet?
Itu baru soal ukuran. Bintang memancarkan cahaya sama seperti Matahari, sedangkan planet tidak. Cahaya bintang yang tampak seperti titik di langit tentu akan mendominasi dan menutupi keberadaan planet yang sangat kecil dan tak punya cahaya! Misalnya ada mobil parkir di depan rumahmu dengan lampu mobil dinyalakan. Sekarang kamu berada di ujung jalan yang jaraknya 1 km dari mobil tadi. Apakah kamu bisa melihat bila ada nyamuk lewat di depan lampu mobil? Kira-kira seperti itulah sulitnya mencari planet yang super kecil di bintang lain yang memancarkan cahaya terang plus hanya tampak seperti titik dari Bumi.
Cara paling mudah menemukan planet tentunya dengan melihat dan memotret langsung dengan teleskop. Tapi ya, itu tadi, sangat sulit! Dan hanya bisa diterapkan untuk bintang-bintang dekat.
Cara lainnya, para astronom berusaha menemukan planet di bintang lain dengan cara tidak langsung. Para astronom menemukan planet dengan cara melihat perubahan yang terjadi pada bintang akibat keberadaan planet yang mengitari bintang tersebut.
Ada beberapa cara yang digunakan para astronom untuk mendeteksi planet secara tidak langsung. Yang paling sering digunakan adalah metode kecepatan radial. Dengan cara ini, para astronom melihat gangguan yang disebabkan oleh gravitasi planet saat ia mengitari bintang. Meskipun pengaruh gangguan dari planet sangat kecil, tapi bintang akan tampak bergoyang dan kecepatan bintang akan sedikit berubah. Bintang akan tampak bergerak mendekati atau menjauhi pengamat. Tapi perubahannya tidak akan bisa dilihat secara langsung. Karena itu para astronom melihat goyangan bintang pada perubahan yang terjadi di spektrum cahaya yang diterima dari bintang. Jika bintang bergerak mendekati Bumi, garis spektrumnya akan bergerak ke arah biru. Kalau menjauh dari Bumi, garis spektrumnya akan ke arah merah. Kalau perubahan itu terjadi, artinya ada planet yang mengitari si bintang.
Cara lain yang juga sering digunakan adalah metode transit. Prinsipnya mirip gerhana, yakni para astronom mencari tahu perubahan cahaya bintang ketika planet bergerak melintas di antara bintang dan pengamat di Bumi. Contoh paling mudah adalah gerhana Matahari. Ketika bulan berada di antara Bumi dan Matahari, maka cahaya Matahari jadi hilang karena terhalang oleh Bulan. Nah, demikian juga yang terjadi di bintang lain. Ketika ada planet lewat di depan bintang induknya, maka cahaya bintang itu akan meredup, sehingga astronom bisa mengetahui kalau di bintang itu ada planet. Tapi, karena bintang letaknya sangat jauh dan planet itu sangat kecil, maka perubahan cahayanya pun sangaaattt kecil sehingga bintang akan tampak seperti sedang berkedip ketika ada planet yang lewat. Metode transit ini yang digunakan Wahana Kepler untuk mencari planet di bintang lain.
Masih ada beberapa metode tak langsung lainnya, tapi yang sering digunakan adalah kedua metode tersebut. Perlu diketahui saat ini sudah ditemukan lebih dari 1.000 planet dan masih ada ribuan calon planet yang juga sudah ditemukan oleh Wahana Kepler.
Sumber gambar:
2. JPL/NASA
*Avivah Yamani mendapatkan gelar magister dalam bidang Astronomi dari ITB pada tahun 2007. Hijrah dari kajian Sistem Keplanetan yang sempat digeluti saat kuliah ke bidang komunikasi sains, ia saat ini aktif sebagai astronom komunikator dan pengelola Langitselatan.com.