Mengapa Manusia Memiliki Emosi? -Bagian I

Oleh: Agnes Sianipar* (Pakar Neurosains Kognitif)

Halo Hanif, pertanyaan kamu bagus sekali! Sebelum Kakak menjawab pertanyaan Hanif, kita perlu tahu apa itu emosi ya, karena hal ini akan berkaitan dengan cara pandang Ilmu Psikologi memahami peran emosi dalam kehidupan manusia.

Pertama-tama, munculnya emosi tidak terlepas dari kinerja otak. Pada dasarnya, otak secara otomatis memaknai berbagai peristiwa yang kita alami lewat berbagai konsep yang kita pelajari sejak dilahirkan. Jadi, emosi adalah berbagai konsep atau pengetahuan mengenai peristiwa emosional serta bagaimana kita merespon peristiwa tersebut dengan perilaku dan ekspresi wajah tertentu.

Konsep-konsep yang berhubungan dengan emosi misalnya marah, senang, takut, jijik, terkejut, malu, sedih, rasa bersalah, lucu, cemburu, cinta, dan masih banyak lagi.

Tidak semua konsep emosi kita pelajari sejak usia dini karena ada konsep-konsep emosi yang rumit dan membutuhkan berbagai pengalaman sosial untuk memahaminya. Kemampuan kita untuk belajar emosi-emosi yang rumit dimungkinkan karena aktivitas sel-sel otak kita bersifat fleksibel, di mana hubungan antar sel-sel otak yang membawa informasi mengenai emosi akan berubah seiring bertambahnya pengalaman hidup kita.

Menurut Ilmu Psikologi, emosi terjadi lewat dua hal. Pertama, adanya perubahan aktivitas fisiologis, yang dikenal sebagai input sensoris internal, seperti peningkatan atau penurunan aktivitas detak jantung, produksi keringat, hormon, air mata, dan lain-lain.

Kedua, pengetahuan sosial kita tentang konteks atau peristiwa yang menyebabkan perubahan aktivitas fisiologis tersebut: apakah itu karena kita melihat, mendengar, mengingat, atau melakukan suatu hal.

Pengalaman yang kita alami menimbulkan suatu emosi pada diri kita — apakah kita atau orang lain marah, sedih, senang, takut, dan lain-lain — apabila hubungan antara konteks dan perubahan dalam sistem fisiologis yang muncul sesuai dengan apa yang kita pahami tentang konsep emosi tertentu.

Mengapa kita memiliki emosi? Menurut hasil-hasil riset Psikologi dan Neurosains, kita memiliki emosi karena berbagai peran atau fungsi emosi ternyata sangat penting dalam kehidupan kita. Kemampuan mengenali emosi diri sendiri dan orang lain telah membantu umat manusia untuk bertahan hidup dan mengembangkan kehidupan sosial yang lebih baik.

Nah, apa saja fungsi emosi dalam keberlangsungan hidup kita? Secara umum, fungsi emosi terdiri dari fungsi dasar dan fungsi sosial.

Menurut fungsi dasarnya, emosi atau pengetahuan kita tentang rasa marah, jijik, takut, dan lain-lain membantu kita untuk memaknai dan merespon peristiwa yang kita alami secara cepat. Misalnya, bagaimana kita memaknai dan merespon peristiwa munculnya seekor kecoak secara tiba-tiba dari dalam roti bekal makan siang kita, akan tergantung dari apa yang kita pahami mengenai kecoak.

Mungkin sebelumnya kita pernah melihat orang lain teriak-teriak dan lari karena melihat kecoak, bahkan berupaya mengusir hewan itu. Kita juga pernah mendengar orang lain berkata, “Hiii! Jijik!” atau “Waaaa! Takut!” saat melihat kecoak. Dari pengalaman tersebut kita belajar kalau kecoak adalah serangga yang menjijikkan dan menakutkan yang perlu diusir sejauh-jauhnya.

Walaupun proses belajar ini tidak selalu kita sadari, kita pun akan merasa jijik dan takut serta melakukan hal yang sama saat melihat kecoak di kesempatan yang lain. Hubungan antara konsep jijik dan takut dengan konsep kecoak membantu kita merespon munculnya si kecoak dengan cepat dalam peristiwa makan siang di atas.

Selain itu, cara kita mengenali emosi yang dirasakan tidak selalu berasal dari lingkungan, tapi juga bisa dari perubahan internal tubuh kita. Misalnya, saat seseorang baru saja melakukan olahraga, biasanya ia akan mengalami peningkatan aktivitas fisiologis seperti detak jantung dan hormon adrenalin.

Peningkatan aktivitas tubuh tersebut dapat membuat seseorang mudah marah atau sangat senang. Bila orang tersebut paham akan hal ini dan sadar akan kondisi fisiologis yang dialaminya setelah berolahraga, maka ia akan merespon dengan cepat dengan cara beristirahat sejenak agar dapat menyeimbangkan intensitas emosi yang dialaminya.

Jawaban Kakak sudah terlalu panjang. Pada bagian kedua nanti, Kakak akan menjelaskan fungsi sosial dari emosi. Tunggu Kamis depan ya..

Sumber gambar: https://www.funnyand.com

*Agnes Sianipar meraih gelar sarjana dan master di bidang Psikologi dan doktoral di bidang Neurosains Kognitif. Saat ini bekerja sebagai dosen di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan meneliti masalah emosi dan bahasa.

Tulis komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: