Mengapa Banyak Sungai di Flores yang Kering di Musim Kemarau?

Oleh: Karin Nadira* (Mahasiswa Program Magister Hidrogeologi)

Adik-adik, dalam siklus (perputaran) air di alam, air sungai bisa berasal dari air hujan atau air tanah. Air hujan mengisi sungai pada musim hujan, sedangkan air tanah mengisi sungai pada musim hujan maupun kemarau. Bila adik-adik perhatikan di tepian sungai biasanya muncul banyak mata air. Di situlah air tanah yang sebelumnya mengalir di bawah permukaan tanah muncul ke permukaan.

Di Flores, hujan hanya turun pada musim hujan, dan itu pun tidaklah banyak. Ini berkaitan dengan siklus iklim sedunia dan bentang alamnya yang tidak memungkinkan awan untuk mengalami kondensasi sebelum menjadi hujan.

Coba adik-adik lihat tabel berikut ini. Ini adalah tabel rata-rata curah hujan tiap bulan di tahun 2013. Kolom kiri adalah curah hujan di Maumere dan kolom kanan adalah curah hujan di Jakarta. Bisa dilihat ‘kan,  curah hujan di Maumere secara umum lebih kecil daripada curah hujan di Jakarta.

                    Bulan                 Maumere                Jakarta
Januari 353 632
Februari 312 202
Maret 90 134
April 0 147
Mei 87 150
Juni 0 43
Juli 1 352
Agustus 36 67
September 0 43
Oktober 56 18
November 60 144
Desember 210 352

Selain curah hujannya rendah, kondisi bebatuan di Flores tidak mampu menyimpan air tanah dalam jumlah yang banyak. Flores umumnya disusun oleh bebatuan gunung api berumur sangat tua. Umurnya berkisar antara 1 juta tahun sampai 16 juta tahun. Bebatuan yang berumur sangat tua sulit untuk meresapkan air hujan.

Sekarang adik-adik bayangkan: hujannya sedikit, bebatuannya tidak dapat meresapkan air hujan untuk disimpan menjadi air tanah. Akibatnya, pada musim kemarau air tanah akan habis, sehingga mata air di tepian sungai akan kering. Akhirnya, bisa ditebak, sungai-sungai hanya akan berair pada musim hujan, sementara pada musim kemarau akan kering kerontang.

Uniknya, kalau adik-adik pergi ke Flores Barat, di sana banyak batu kapur yang berlubang-lubang. Daerah seperti ini dinamakan daerah karst. Di sana dijumpai banyak gua, salah satunya adalah Liang Bua. Kalau hujannya banyak, maka gua-gua itu bisa menjadi sungai bawah tanah.

Berkas:Homo floresiensis cave.jpg

Sumber gambar: http://id.wikipedia.org/wiki/

*Karin Nadira mendapatkan gelar sarjana dalam bidang Meteorologi dari ITB pada tahun 2012, dan bekerja di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Saat ini ia sedang menempuh studi lanjut di Fakultas Ilmu & Teknologi Kebumian ITB dan menyusun tesisnya tentang Keseimbangan Air di Flores.

Tulis komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: